Iron Dome Robek! Ini Taktik Iran Tembus Pertahanan Udara Israel

5 hours ago 3
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran berhasil mengguncang dominasi udara Israel dalam serangan balasan atas gempuran Tel Aviv pada 13 Juni lalu. Sejumlah rudal balistik Iran dilaporkan berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel yang dikenal paling canggih di dunia, termasuk Iron Dome dan Arrow.


Beberapa rudal Iran menghantam wilayah permukiman di Israel tengah dan menyebabkan kerusakan signifikan. Bahkan, markas besar militer Israel di Tel Aviv, Kirya, turut terdampak meski kerusakannya terbatas.


Pada Selasa, Iran menyebut telah menghantam pusat intelijen dan operasi Mossad, memicu pertanyaan besar: bagaimana rudal Iran bisa melewati perisai udara Israel yang selama ini dianggap tangguh?

Serangan yang Menguras Daya Tahan Pertahanan Udara


Salah satu strategi yang diduga digunakan Iran adalah menguras cadangan rudal pencegat Israel melalui serangan simultan dalam jumlah besar.


"Tidak ada sistem pertahanan udara yang bisa menembak jatuh 100% rudal yang datang. Jika Anda hanya punya pencegat terbatas, Anda akan kewalahan," kata Dr. Marina Miron, peneliti pascadoktoral di King's College London.


Media Israel bahkan memperkirakan sistem pertahanan mereka bisa mulai gagal dalam beberapa hari jika Iran terus menembakkan rudal dengan intensitas tinggi. Biaya pengoperasian sistem ini juga sangat besar, mencapai sekitar US$285 juta (Rp 4,6 triliun) per hari.


Rudal Hipersonik dan HGV


Iran juga diyakini menggunakan rudal hipersonik dan wahana luncur hipersonik (HGV), seperti yang terpasang di rudal Fattah-2. Rudal jenis ini tidak hanya melaju lebih cepat dari suara, tetapi juga mampu bermanuver dan menghindari jalur prediksi sistem pertahanan.


"Selain kecepatannya, rudal dengan HGV bisa bergerak zig-zag dan tidak bisa ditebak seperti rudal balistik biasa," jelas Alex Gatopoulos, editor pertahanan di Al Jazeera.


Rudal-rudal ini, menurut Gatopoulos, memberi waktu reaksi yang sangat singkat bagi sistem pertahanan udara, sehingga meningkatkan peluang lolosnya rudal ke sasaran.


Rudal Jelajah Terbang Rendah


Selain rudal balistik dan hipersonik, Iran juga menurunkan rudal jelajah seperti Hoveyzeh, yang meluncur rendah dan stabil seperti drone. Meski lebih lambat, karakteristiknya yang sulit dideteksi membuatnya berbahaya.


"Rudal jelajah dapat mengubah arah dan menyelinap melewati radar," tambah Dr. Miron.


Konflik yang Menguras Stamina


Menurut Gatopoulos, konflik ini "semakin menguras tenaga kedua belah pihak". Israel mengklaim mendominasi udara Iran, namun jarak geografis menjadi tantangan.


"Jarak terdekat Iran-Israel 1.000 km. Terlalu jauh untuk pesawat tempur tanpa pengisian bahan bakar," jelasnya. Pengisian bahan bakar di udara memang memungkinkan, tetapi menambah beban dan mengurangi kemampuan siluman pesawat.


Kini, perhatian tertuju pada seberapa lama kedua negara bisa mempertahankan intensitas serangan, dan siapa yang lebih dulu kehabisan rudal.


Korban dan Kerusakan


Sejauh ini, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 240 orang di Iran, termasuk 70 wanita dan anak-anak, sementara Iran menembakkan lebih dari 400 rudal dan ratusan drone, yang menewaskan 24 warga Israel dan melukai ratusan lainnya.


Ketika retakan mulai terlihat di sistem pertahanan yang selama ini menjadi kebanggaan Israel, dunia menyaksikan pertarungan teknologi, stamina militer, dan strategi dalam salah satu konflik paling berbahaya di Timur Tengah dalam dekade terakhir.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Penampakan Israel Porak-poranda Dihantam Serangan Iran, 3 Orang Tewas

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |