Ini Saham Emas Pilihan, Selalu Membara Saat Perang!

18 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas cenderung naik saat perang hingga konflik geopolitik besar. Saat terjadi perang, ketidakpastian ekonomi meningkat, sehingga investor cenderung mengalihkan dana dari aset berisiko seperti saham ke aset aman seperti emas.

Perang sering menyebabkan pemerintah mencetak lebih banyak uang untuk membiayai pengeluaran militer, yang bisa menyebabkan inflasi. Emas dipandang sebagai pelindung nilai terhadap inflasi. Perang juga bisa mengganggu perdagangan internasional, suplai energi, dan produksi global. Ini menciptakan keresahan pasar, yang meningkatkan permintaan terhadap emas.

Dalam situasi ekstrem, seperti perang, bank sentral dan masyarakat mungkin membeli emas untuk menjaga nilai cadangan dan kekayaan.

Di sepanjang tahun 2025, harga emas dunia (XAU) telah mencatatkan kenaikan sebesar 30%. Hingga perdagangan intraday Selasa (17/6/2025) emas mencapai level US$3400,97 per troy ons.

Terdapat beberapa faktor pendorong kenaikan harga emas di sepanjang 2025.

Beberapa saham emas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun mencatatkan kenaikan yang luar biasa di sepanjang 2025, sejalan dengan kenaikan harga emas dunia.

Kenaikan pergerakan saham emas juga terdorong dari performa kinerja keuangan pada kuartal I 2025.

Pada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tercatat penjualan emas berkontribusi 83% terhadap total pendapatan, dengan volume penjualan mencapai 13.739 kg, naik 93% (yoy).

Kemudian PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) mencatat pendapatan dari segmen penambangan emas ( gold mining ) yang naik 20% menjadi US$57 juta. Kenaikan tertinggi datang dari segmen perdagangan dan pengolahan emas ( trading & gold processing ) yang melesat hingga 270% menjadi US$33,4 juta.

ARCI saat ini mengelola tambang emas lewat dua anak usaha, PT Meares Soputan Mining (MSM) dan PT Tambang Tondano Nusajaya (TNN).

Selanjutnya, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) berhasil mencatat peningkatan kinerja tersebut terutama didorong oleh meningkatnya produksi emas dari anak perusahaan di Palu, PT Citra Palu Minerals (CPM), serta kenaikan harga jual emas. Volume penjualan emas tercatats naik 128% (yoy) dari 9.623 ons menjadi 21.922 ons. Dan harga jual rata-rata emas (ASP) meningkat 35% menjadi US$2.809 per troy ons.

Adapun, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang ditopang oleh pertumbuhan volume penjualan emas oleh perseroan. Volume penjualan bahkan meningkat 18,77% (yoy), menjadi 4,47 ton pada kuartal I 2025 dari 3,76 ton pada kuartal I 2024.

Rata-rata harga jual juga meningkat sekitar Rp400.000 dari Rp1.063.254 pada kuartal I 2024 menjadi Rp1.501.205 pada kuartal I 2025, atau meningkat sekitar 41,19% (yoy).


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |