Harga Emas Pekan Ini Rawan Sinyal Palsu, Awas Jangan Terjebak!

11 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menguat, akan tetapi pergerakan harga emas masih belum signifikan. Harga emas bertahan di area konsolidasi dan kini tengah berada dalam tren sideaway. Ketidakpastian global dan pelemahan dolar sedikit mendorong kenaikan harga emas saat ini.

Pada perdagangan hari ini Senin (21/7/2025) hingga pukul 06.20 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,10% di posisi US$3.345,89 per troy ons.

Sementara pada perdagangan sebelumnya Jumat (18/7/2025), harga emas dunia naik 0,32% di level US$3.349,26 per troy ons. Harga emas kini tengah berada di area konsolidasi sehingga tak banyak bergerak jauh.

Harga emas naik pada perdagangan Jumat karena melemahnya dolar AS dan ketidakpastian geopolitik serta ekonomi yang berkelanjutan mendorong permintaan logam safe haven tersebut.

"Di sektor logam mulia, terdapat penguatan secara keseluruhan, berkat melemahnya dolar," ujar analis Marex, Edward Meir.

Pada perdagangan Jumat (18/7/2025), indeks dolar AS/DXY turun 0,27% di level 98,46. DXY yang melemah membuat emas lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

"Kekhawatiran seputar pertumbuhan utang AS dan pembaruan tarif lebih lanjut kemungkinan akan membuat emas tetap menjadi fokus, dan untuk saat ini, levelnya terlihat didukung dengan baik," ujar Suki Cooper, Analis Logam Mulia, Riset Global di Standard Chartered Bank.

Utang nasional AS saat ini terus meningkat dan telah mencapai US$36,2 triliun, mewakili 122% dari PDB tahunan negara tersebut. Utang ini meningkat sekitar US$1 triliun setiap tiga bulan. Pertumbuhan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan belanja pemerintah, pemotongan pajak, dan biaya pelunasan utang itu sendiri.

Terkait tarif, Amerika Serikat mengatakan kepada Jepang bahwa "kesepakatan yang baik" mungkin terjadi.

Awal pekan ini, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia tidak berencana memecat Ketua The Fed Jerome Powell, tetapi tetap membuka opsi tersebut dan kembali mengkritiknya karena tidak memangkas suku bunga.

Pelaku pasar mengantisipasi dua kali pemangkasan suku bunga AS pada akhir tahun ini, dengan total 50 basis poin.

Harga Emas Penuh Tanda Tanya?

Emas menguat di tengah ketidakpastian ekonomi, dan suku bunga yang lebih rendah mendorong permintaan investor karena emas merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Namun, harga emas pekan ini akan sulit diprediksi karena tidak ada pengumuman data yang signifikan yang bisa mendorong penguatan/penurunan.
Harga emas bisa naik jika ketegangan Eropa dan Rusia semakin meningkat. Namun, emas bisa melemah jika pernyataan pejabat The Fed membuat pasar ragu pemangkasan.

Pelaku pasar menunggu pidato Powell yang diharapkan menjadi petunjuk bagi suku bunga ke depan.

Powell akan berpidato pada Selasa 22 Juli 2025 di acara European Central Bank Forum on Central Banking 2025, Sintra, Portugal. Investor menantikan petunjuk dari Powell terkait langkah moneter yang akan dilakukan.

Seperti soal kebijakan suku bunga dalam merespon pemberlakuan tarif resiprokal yang telah ditetapkan dan akan dilakukan.

Sebagai informasi pada 30 Juli 2025 akan diadakan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan berdasarkan perangkat Fedwatch The Fed akan mempertahankan suku bunga di 4,25%-4,5%.

The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga dua kali di sisa 2025 yakni pada pertemuan September sebesar 25 basis poin dan Desember sebesar 25 basis poin. Sehingga di akhir tahun suku bunga The Fed berada di 3,75%-4%.

Sementara itu, ketegangan Eropa vs Rusia bisa membantu emas meskipun dampaknya masih diragukan.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Uni Eropa melancarkan strategi penyimpanan darurat demi menjamin ketersediaan barang-barang vital. Mulai dari makanan, air, bahan bakar, hingga obat-obatan.

Langkah tersebut dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran akan berbagai krisis, termasuk potensi konflik bersenjata dengan Rusia.
Diumumkan pada Rabu (9/7/2025) oleh Komisi Eropa sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan yang lebih luas di seluruh blok beranggotakan 27 negara tersebut.
Eropa cukup serius dalam menghadapi kemungkinan konflik besar, terutama setelah peringatan dari NATO bahwa Rusia, yang saat ini sedang mengobarkan perang di Ukraina, tetangga Uni Eropa, berpotensi menyerang aliansi militer Barat itu dalam waktu 5 tahun ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |