Jakarta, CNBC Indonesia - Eropa mengembangkan pengetahuan baru dengan menciptakan gerhana buatan. Misi Proba-3 dilakukan dengan dua satelit yang dikirimkan ke luar angkasa.
Satelit Occulter dan Coronagraph telah diluncurkan beberapa waktu lalu di Pusat Antariksa Satish-Dhawan di India. Keduanya ditempatkan dalam jarak 150 meter saat mengorbit Bumi.
Occulter akan bertindak layaknya Bulan saat terjadi gerhana Matahari. Satelit akan menghalangi Matahari untuk membuat gerhana.
Ada pula Coronograh menjadi mengamati atmosfer Matahari atau korona yang biasanya sulit dilihat karena cahaya yang kuat, dikutip dari the Next Web, Selasa (18/6/2025).
Gerhana buatan ini bisa berlangsung jauh lebih lama dan sering dari gerhana aslinya. Gerhana Matahari Total diketahui hanya terjadi sekitar sekali hingga dua kali dalam setahu dengan durasi beberapa menit saja.
Proba-3 dapat melakukannya sekali setiap satelit mengorbit, selama 19,6 jam. Gerhana buatan juga bisa dibuat hingga 6 jam lamanya.
Kedua satelit dapat bisa tetap sejajar dengan Matahari, sambil terus mengelilingi Bumi dengan kecepatan 1 km per detik.
Wahana tersebut dikembangkan Badan Antariksa Eropa (ESA) bersama lebih dari 40 perusahaan teknologi antariksa. Terdapat tiga startup yang menyumbangkan sejumlah teknologi utama agar misi bisa berlangsung dengan baik.
Salah satunya Lens R&D dari Belanda. Startup itu menyediakan sensor untuk melacak posisi Matahari hingga tingkat sepersekian derajat, yang memungkinkan formasi terbang bisa terjadi.
Sementara itu detektor cahaya bernama photomultiplier dikembangkan Onsemi dari irlandia. Sistem mengukur pergeseran kecil pada bayangan Matahari di seluruh struktur satelit untuk menyempurnakan posisi saat gerhana.
Terakhir adalah software yang disediakan oleh N7 Mobile asal Polandia. Kode yang disajikan berkontribusi untuk sistem kontrol formasi kedua wahana tersebut.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Kutub Utara Pindah Tempat, Lokasi Barunya Diumumkan