Jakarta, CNBC Indonesia - Iran dan Israel saat ini berada di ujung tanduk peperangan. Kedua negara ini masih terus berada dalam aksi saling serang sejak Jumat dini hari lalu.
Eskalasi kali ini dimulai saat Israel menyerang sejumlah fasilitas nuklir serta daerah perumahan di Teheran Jumat lalu. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan serangan ini ditujukan untuk menghalangi Iran memperoleh senjata nuklir.
Hal ini membuat Iran berang. Negeri Para Mullah itu langsung melancarkan rentetan serangan balasan ke Israel, dan pada beberapa kasus, berhasil menghantam sejumlah perkotaan besar seperti Tel Aviv dan Haifa, menewaskan puluhan orang.
Tak hanya itu, muncul juga laporan bahwa Teheran berhasil menjatuhkan 3 unit pesawat F-35 milik Israel dengan rudal buatan mereka sendiri, sistem pertahanan Bavar-373.
Kemampuan Iran untuk menembus pertahanan Israel pun telah menjadi sorotan sejumlah pihak. Pasalnya, Israel diketahui merupakan salah satu negara yang memimpin teknologi pertahanan unggulan dunia. Di sisi lain, Iran saat ini masih berada dalam rentetan sanksi Barat, yang mungkin menghambat pengembangan teknologi tinggi.
Lalu, apa rahasia kunci Iran mampu memproduksi sejumlah peralatan canggih?
Jadikan Diri Pusat Riset
Mengutip laman American Iranian Council, Selasa (17/6/2025), selama abad ke-20, Shah Iran Mohammed Reza Pahlavi terkenal terobsesi dengan teknologi militer. ia bahkan menghabiskan banyak uang untuk membeli senjata Amerika guna melindungi diri dari gangguan Soviet dan agresi Arab.
Di bawah pemerintahannya, Iran mulai mengembangkan teknologi nuklir, awalnya sebagai sumber energi domestik dan kemudian untuk pengembangan senjata nuklir.
Meskipun Shah secara pribadi terobsesi dengan persenjataan canggih, ia juga meletakkan dasar bagi kemajuan teknologi sipil. Ia secara pribadi mendirikan apa yang sekarang menjadi Universitas Teknologi Sharif pada tahun 1966, yang terus menjadi salah satu universitas teknik terkemuka di Iran.
Lalu, pasca Revolusi 1979 yang menghasilkan Republik Islam Iran, Teheran terus berinvestasi dalam inovasi teknologi seperti para pendahulunya yang bersejarah. Dilumpuhkan oleh sanksi dan berusaha melepaskan diri dari hidrokarbon, pemerintah Iran menekankan kekuatan "ekonomi pengetahuan": sistem produksi yang lebih mengutamakan modal intelektual dan manusia daripada sumber daya tradisional.
"Sesuai dengan strategi kemandiriannya, yang didasari oleh isolasi internasional yang diberlakukan terhadap negara tersebut selama perang Iran-Irak, dan kemudian karena sanksi terkait nuklir, para pemimpin Iran telah memberikan penekanan khusus pada pengembangan inovasi dalam negeri," ujar laman tersebut.
Meskipun terisolasi secara internasional, Iran jauh melampaui ekspektasinya dalam hal penelitian dan pengembangan. Bahkan, Iran naik dalam Indeks Inovasi Global tahunan Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) dari peringkat 104 dari 129 negara pada tahun 2012 menjadi peringkat 53 pada tahun 2022.
Demikian pula, pangsa PDB Iran dalam teknologi tumbuh dari 3,8% pada tahun 2016 menjadi 6,9% pada tahun 2020. Meskipun ini jauh di bawah rata-rata global sebesar 22,5% dari PDB, pertumbuhan industri teknologi jauh lebih tinggi daripada sektor ekonomi Iran lainnya dalam jangka waktu yang sama.
"Ekspor berbasis pengetahuan Iran meningkat lima kali lipat antara tahun 2014-2017 sebelum menurun pada tahun 2018. Demikian pula, perusahaan berbasis pengetahuan telah tumbuh dari 3.000 pada tahun 2016 menjadi lebih dari 6.300 pada tahun 2021," tambah laman itu.
Tak Hanya Berteori!
Meskipun terisolasi secara internasional dan pemerintahannya tidak liberal, Iran telah membuat kemajuan yang mengesankan dalam teknologi baru selama beberapa dekade terakhir. Pemerintah telah berupaya keras untuk mendorong lingkungan yang inovatif melalui pendanaan publik, inisiatif pendidikan, dan kolaborasi antara aktor publik dan swasta.
Selain pertahanan, sejumlah sektor yang menjadi unggulan Iran saat ini adalah Bioteknologi, Nanoteknologi, Kecerdasan Buatan (AI), dan energi terbarukan. Lalu, Iran juga memiliki fokus teknologi laser yang tinggi.
"Meskipun teknologi ini sangat kompleks, terlepas dari sanksi yang kejam, Republik Islam telah berhasil menempati peringkat pertama di Asia dan kelima di dunia setelah Amerika Serikat, Prancis, Jerman, dan Rusia dalam pengetahuan laser," ujar Konsul Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Nigeria, Majid Kamrani, kepada media Leadership 2023 lalu.
Secara implementasi, Iran membuat sistem manajemen ilmu pengetahuan sejak tahun 1980-an. Saat itu, gagasan untuk mendirikan Departemen Sains dan Teknologi digagas oleh pimpinan negara, sehingga lembaga ini, bersama dengan kegiatan pemerintah lainnya, dapat mengatur, mengarahkan, dan mengarahkan sains universitas menuju implementasi nyata dan praktis dari kemajuan ilmiah, dan tidak hanya tetap pada level teori yang steril.
"Mendukung investasi dan berpartisipasi dalam komersialisasi ide juga telah menjadi salah satu kebijakan umum negara yang diumumkan dan didukung oleh pimpinan negara. Dalam beberapa tahun terakhir, memperhatikan hubungan antara sains, industri, dan elit telah menjadi salah satu poin penting yang telah diangkat dalam kebijakan dan program pembangunan," tutur ekonom Italia Giancarlo Elia Valori dalam sebuah tulisan di Modern Diplomacy.
Start-Up Bidang Sains & Teknologi
Iran menempati peringkat ketiga dalam Indeks Inovasi Global pada tahun 2019 untuk persentase tenaga kerja yang bekerja di bidang sains dan teknik. Hal ini dapat dikaitkan dengan proporsi pemuda yang sangat tinggi dalam populasi Iran. Memang, 62% pendiri perusahaan rintisan berusia antara 25-35 tahun.
Pemerintah telah menginvestasikan sejumlah besar sumber dayanya untuk mengembangkan sektor ini, dengan fokus khusus pada inovasi dalam negeri. Upaya ini paling terlihat jelas dengan didirikannya taman sains, inkubator teknologi, dan akselerator inovasi di kampus-kampus universitas.
Inisiatif ini dirancang untuk menciptakan ruang intelektual tempat lulusan perguruan tinggi muda dapat berkolaborasi dan berbagi ide-ide baru untuk memicu inovasi. Keberhasilan khusus telah dikaitkan dengan Pardis Technology Park di Teheran, yang telah dijuluki "Silicon Valley Iran."
Meskipun mendukung perusahaan rintisan dengan inisiatif pendidikan, sedikit yang telah dilakukan untuk membantu perusahaan secara finansial. Untuk mengimbangi kurangnya dana, pemerintah telah berupaya membantu perusahaan rintisan dengan cara yang lebih murah dan lebih kreatif.
"National Union of Online Resources diluncurkan pada tahun 2017 untuk membantu perusahaan rintisan secara langsung dalam memecahkan masalah regulasi dan kelompok kerja parlemen yang dibentuk pada tahun 2022 untuk mengatasi akar permasalahan," tambah American Iranian Council
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Ray Dalio Ajarkan Prabowo Soal 5 Faktor yang Bisa Ubah Dunia