Jakarta, CNBC Indonesia - Ketidakpastian ekonomi yang disebabkan perang tarif dagang hingga konflik di berbagai belahan dunia berpotensi membuat aliran modal asing seret mengalir ke berbagai negara.
Berdasarkan proyeksi Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan atau UNCTAD, penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) pada 2025 berpotensi negatif. Sebab, pertumbuhan ekonomi dunia hingga volume perdagangan global akan drop.
Aliran FDI pada 2024 pun telah merosot secara faktual, meskipun meningkat karena volatilitas aliran konduit di Eropa dari US$ 1,45 triliun menjadi US$ 1,51 triliun atau naik 4%. Bila faktor itu dikecualikan, aliran FDI global sebenarnya menurun sebesar 11%, dari US$ 1,67 triliun menjadi US$ 1,49 triliun.
"Prospek FDI global pada tahun 2025 negatif. Meskipun pada awal tahun ekspektasinya adalah pertumbuhan yang moderat, hal ini telah dikalahkan oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan kebijakan," dikutip dari World Investment Report 2025 UNCTAD, Jumat (20/6/2025).
Meningkatnya perang tarif baru, bersama dengan memburuknya sentimen investor, telah menyebabkan revisi ke bawah dalam penentu faktor FDI utama: pertumbuhan PDB global, pembentukan modal, perdagangan dan stabilitas nilai tukar. Volatilitas pasar keuangan juga meningkat.
UNCTAD mencatat, pada 2025 ini pertumbuhan PDB dunia hanya akan mencapai 2,8% lebih rendah dari 2024 yang sebesar 3,3%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi per April 2025 itu pun hasil revisi ke bawah dari proyeksi Januari 2025 yang masih sebesar 3,2%.
Pembentukan modal tetap bruto berpotensi merosot ke level 3,1% dari posisi 2024 sebesar 3,7%. Volume perdagangan anjlok menjadi 1,7% dari sebelumnya pada 2025 masih mampu tumbuh di level 3,8%, dan volatilitas pasar keuangan akan naik menjadi 9,4% dari sebelumnya 7,5%.
"Tren ini berkontribusi pada penurunan tajam dalam aktivitas investasi pada awal tahun 2025, dengan data kuartal pertama menunjukkan rekor terendah dalam volume transaksi dan pengumuman proyek," tulis UNCTAD dalam laporannya.
UNCTAD juga mencatat stock market volatility index juga akan meroket menjadi ke posisi 25.0 dari 2014 hanya di level 13,8. Sedangkan indeks harga komoditas atau energi drop menjadi 92,1 dari sebelumnya pada 2024 di level 105,1.
"Proyeksi pembentukan modal dan perdagangan, yang penting bagi investasi yang didorong oleh rantai nilai, juga telah melemah. Tingkat utang yang tinggi secara terus-menerus di beberapa negara, ditambah dengan ketidakstabilan politik dan nilai tukar yang berfluktuasi, mengurangi daya tarik FDI di banyak wilayah," tulis UNCTAD.
Meskipun demikian, UNCTAD menilai ada beberapa faktor yang meringankan. Dimulainya siklus pemotongan suku bunga di negara-negara ekonomi utama dapat meringankan kondisi pinjaman, yang dapat membantu menstabilkan IPF dan FDI yang padat modal.
Selain itu, tingkat laba perusahaan multinasional besar tetap kuat, yang menunjukkan kapasitas yang berkelanjutan untuk investasi ulang. Laba yang diinvestasikan kembali merupakan komponen arus FDI yang penting dan stabil, terutama di masa ketidakpastian.
(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article HIPMI Kasih Rekomendasi Ini Buat Hadapi Ketidakpastian Ekonomi