Jakarta, CNBC Indonesia - April lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dituding melakukan operasi insider trading. Hal ini setelah jatuhnya saham AS pasca pengumuman resmi perang tarifnya.
Tiba-tiba, tanggal 15, Trump mengunggah pesan di platform media sosialnya, Truth Social, yang tampaknya ditujukan kepada para investor. "INI WAKTU YANG TEPAT UNTUK MEMBELI!!!" tulis Presiden, mengakhiri dengan inisial namanya "DJT," yang juga berfungsi sebagai simbol saham untuk perusahaannya, Trump Media and Technology Group Corp.
Cuitan Trump ini bukan pepesan kosong. Beberapa menit setelahnya, ia pun mengunggah cuitan lagi. "Tenanglah! Semuanya akan berjalan dengan baik. AS akan menjadi lebih besar dan lebih baik dari sebelumnya!" kata Trump dalam unggahan lainnya saat pasar dibuka.
Hanya beberapa jam setelahnya, tiba-tiba ia mem-posting keputusannya untuk menghentikan tarif selama 90 hari. Hal ini membuat saham di AS bergerak hijau.
Trump pun untung besar. Saham Trump Media and Technology Group melonjak hampir 22% setelah pengumuman pembalikan tarif membawa emiten itu kemudian naik 5% lebih lanjut dalam perdagangan pra-pasar sehari setelahnya.
Insider Trading sendiri merupakan praktik di mana sekelompok orang melakukan usaha-usaha perdagangan efek (jual atau beli) orang dengan dasar informasi atau fakta material yang telah diketahuinya terlebih dahulu sebelum informasi tersebut. Di AS, hal ini ilegal.
Lalu pada Mei 2025, Trump melakukan perjalanan ke Timur Tengah. Ia mengunjungi Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA).
Selama kunjungannya ke negara-negara Teluk yang kaya, dia mendapatkan kesepakatan untuk penjualan senjata dan investasi di bisnis Amerika, dengan total sekitar US$1 triliun menurut Gedung Putih. Namun ada fakta yang menarik lain.
Di mana ia juga mendapat hadiah pesawat terpanjang di dunia Boeing 747-8 jarak tempuh sejauh 13.000 km dan kecepatan laju lebih dari 900 km/jam. Kepemilikan pesawat itu akan diserahkan kepada Trump Presidential Library Foundation, yang kemungkinan akan dipakai untuk urusan pribadi Trump, bukan ke negara.
Kesepakatan ini dinilai tidak lazim karena Hukum AS secara ketat membatasi nilai hadiah yang boleh diterima seorang pejabat dengan maksimal US$480 atau sekitar Rp 7 Juta. Selain itu, hadiah berharga dari negara lain biasanya akan diserahkan ke Arsip Nasional dan tidak ke yayasan pribadi presiden.
Lalu bagaimana dengan perang Israel dan Iran? Apa ada keuntungan yang diduga diambil Trump?
Sebenarnya belum ada laman khusus yang membahas ini, yang menggaitkannya khusus ke bisnis Trump. Mengutip AFP, beberapa hanya menyoroti bagaimana Trump memainkan kartu dari panglima perang menjadi pejuang perdamaian dengan cuitannya soal gencatan senjata Israel dan Iran, serta bagaimana hal ini bisa membuat posisinya dan Partai Republik AS, aman di dalam negeri.
Namun memang, mengutip The New York Times, setelah Trump kembali menjabat, keluarganya mendapat untung dari merek yang mereka punya. Setidaknya per Mei lalu, US$2 miliar telah mengalir ke perusahaan-perusahaan Trump hanya dalam sebulan terakhir.
Usaha tersebut meliputi real estat, mata uang kripto, media hingga klub privat. Di Timur Tengah, Trump adalah mitra bisnis pemerintah UEA, Arab Saudi, Qatar dan Oman.
Mungkin ini juga yang membuat Trump harus segera menghentikan segera eskalasi perang Israel dan Iran. Namun bagaimana penjelasannya?
Tump memiliki $TRUMP, yang merupakan mata uang kripto milik keluarga. Mata uang itu dikelola anaknya Donald Trump Jr.
Kripto dengan UEA, Golf dengan Qatar hingga Hotel dengan Saudi
Melalui sebuah perusahaan investasi, UEA menginvestasikan US$2 miliar ke dalam perusahaan mata uang kripto baru milik keluarga Trump. Nama perusahaan itu diketahui bernama World Liberty Financial.
Qatar turut membantu membiayai proyek golf tepi pantai dan vila mewah bermerek Trump di negara tersebut senilai US$5,5 miliar. Keluarga Trump memperoleh jutaan dolar dalam biaya lisensi dan manajemen.
Sebuah perusahaan real estat di Arab Saudi menginvestasikan US$1 miliar dalam proyek Trump International Hotel and Tower di Dubai, UEA. Perusahaan yang sama berencana membangun hotel Trump baru, lapangan golf, dan menara mewah di Arab Saudi dan Oman.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]