Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengonfirmasi bahwa pemerintahnya akan segera mengirimkan surat pemberitahuan tarif baru ke sejumlah negara, termasuk negara-negara kecil yang selama ini belum memiliki perjanjian dagang khusus dengan Washington.
Tarif baru ini diperkirakan akan diberlakukan "sedikit di atas 10%" dan mencakup lebih dari 20 negara mitra dagang.
"Kami akan segera merilis surat, membahas banyak negara yang jauh lebih kecil. Kami mungkin akan menetapkan satu tarif untuk semuanya... mungkin sedikit di atas 10%," kata Trump kepada wartawan setelah menghadiri acara di Pittsburgh, Selasa (14/7/2025), seperti dikutip CNBC International.
Pernyataan ini muncul tak lama setelah AS mengumumkan kesepakatan dagang besar dengan Indonesia yang berhasil menghindari bea masuk tinggi.
Sebelumnya, Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 32% terhadap produk Indonesia yang masuk ke pasar AS, namun kemudian menerapkan penurunan tarif menjadi 19% usai negosiasi langsung dengan Presiden Indonesia Prabowo Subianto .
Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Indonesia berkomitmen untuk membeli energi dari AS senilai US$15 miliar, produk pertanian senilai US$4,5 miliar, dan 50 pesawat Boeing jet, yang sebagian besar merupakan tipe 777.
Langkah ini dinilai sebagai upaya strategis Indonesia untuk mengurangi risiko perdagangan dan menjaga hubungan bilateral dengan Washington. Selain itu, pengurangan tarif menjadi 19%, meskipun masih tergolong tinggi, dipandang lebih ringan dibandingkan skenario sebelumnya.
Namun Trump juga memperingatkan bahwa negara-negara yang berusaha menghindari tarif AS dengan mengangkut ulang barang melalui negara ketiga tetap akan dikenakan tarif penuh. Hal ini menjadi sinyal bahwa Gedung Putih tengah memperketat celah-celah dalam rantai pasok global, terutama untuk produk yang dinilai merugikan industri domestik AS.
Hingga kini, belum ada rincian kapan tarif baru terhadap negara-negara yang tidak masuk dalam kesepakatan tersebut akan mulai berlaku. Namun, dengan dinamika dagang yang terus bergerak cepat, negara-negara mitra di Asia dan Afrika pun kini diperkirakan akan mempercepat negosiasi untuk menghindari tekanan serupa.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Update Terbaru Negosiasi Dagang dengan Trump, RI Punya Tawaran Kedua