Terungkap, Danantara, INA dan TPIA Prajogo Garap Proyek US$ 800 Juta Ini

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara Indonesia), Indonesia Investment Authority (INA), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group) milik Prajogo Pangestu bekerja sama untuk mendukung pengembangan bersama pabrik Chlor Alkali - Ethylene Dichloride (Pabrik CA-EDC).

Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan produksi soda api dan Etilen Diklorida di Indonesia yang menjadi bahan baku utama untuk industri hilir, termasuk pengolahan nikel yang akan mendorong dan mendukung swasembada hilir dan industri hilir Indonesia secara keseluruhan.

"Kolaborasi ini merupakan tonggak sejarah dalam kolaborasi pemerintah-swasta untuk memajukan ambisi industri dan ekonomi Indonesia," tulis Danantara melalui keterangan tertulis, Selasa (17/6).

Nilai kerja sama kemitraan ini mencapai US$ 800 juta untuk memperkuat ketahanan industri Indonesia, mengurangi ketergantungan impor untuk bahan baku kimia hulu, dan memajukan agenda hilirisasi sebagai bagian dari transformasi ekonomi jangka panjang Indonesia.

Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), Pabrik CA-EDC selaras dengan target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%.

Proyek CA-EDC akan dikelola oleh PT Chandra Asri Alkali (CAA), anak perusahaan Chandra Asri Group. Saat ini, pada tahap pertama, proyek ini meliputi pembangunan Pabrik CA-EDC yang akan memiliki kapasitas produksi 400.000 ton soda api padat per tahun (setara dengan 827.000 ton dalam bentuk cair) dan 500.000 ton Etilen Diklorida.

Upaya ini bertujuan untuk mengurangi kebutuhan impor soda api dan Etilen Diklorida di Indonesia, sehingga mendorong upaya untuk mendorong swasembada dalam memproduksi bahan-bahan ini dan hilirisasi.

Selanjutnya, tahap kedua dari pengembangan ini bertujuan untuk memperluas produksi Chlor-Alkali dan memperkenalkan turunan klorin yang akan memungkinkan efisiensi operasional dan rantai nilai yang lebih besar.

Studi kelayakan sedang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi produk hilir berbasis klorin yang dapat meningkatkan penciptaan nilai dan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.

CIO Danantara Indonesia Pandu Sjahrir mengatakan, industrialisasi hilirisasi adalah pusat dari transformasi ekonomi Indonesia dan menawarkan peluang besar bagi para investor yang berwawasan ke depan.

"Sektor kimia menopang rantai nilai utama - mulai dari manufaktur hingga transisi energi - terutama dalam pengolahan nikel dan pemurnian alumina. Investasi ini memperkuat ketahanan nasional dengan mengurangi ketergantungan impor pada produk-produk penting seperti soda api dan Ethylene Dichloride," ucapnya.

Sementara Chief Executive Officer INA Ridha Wirakusumah mengatakan, dengan menggabungkan kekuatan investor institusional dengan kekuatan pemimpin industri, tidak hanya menangani keamanan pasokan strategis tetapi juga membangun fondasi untuk pertumbuhan industri jangka panjang yang terukur yang memperkuat daya saing dan ketahanan Indonesia dalam ekonomi global.

"Kolaborasi ini sejalan dengan mandat investasi jangka panjang kami untuk memobilisasi modal yang mendukung prioritas nasional, mendorong ketahanan industri, dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan," sebutnya.

Sedangkan Presiden Direktur Chandra Asri Group Erwin Ciputra mengatakan, masuknya Danantara Indonesia dan INA menggarisbawahi kepercayaan investor terhadap pertumbuhan industri kimia di Indonesia. Melalui kolaborasi ini, kami membangun fondasi yang kuat untuk mendorong pembangunan industri yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi nasional," imbuhnya.

Selain itu, hasil produksi Ethylene Dichloride dari pabrik ini akan diekspor, sehingga menghasilkan potensi devisa hingga Rp 5 triliun per tahun. Pabrik ini juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap soda api impor, dengan proyeksi penghematan hingga Rp 4,9 triliun per tahun.

Selain manfaat ekonomi, Pabrik CA-EDC akan memungkinkan produksi dalam negeri untuk memiliki peranan penting bagi industri seperti pengolahan air, pembuatan sabun dan deterjen, pemurnian alumina, dan pengolahan nikel.

Kinerja PT Chandra Asri Pacific Tbk

Emiten petrokimia PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melaporkan pembengkakan 106% pada rugi yang dapat diatribusikan ke entitas induk pada akhir tahun 2024.

Merujuk pada laporan keuangan terbaru dikutip dari keterbukaan informasi BEI, rugi emiten milik Prajogo Pangestu tersebut per Desember 2024 tercatat sebesar US$69,16 juta atau sekitar Rp1,13 triliun. Sementara di tahun 2023, perseroan membukukan defisit sebesar US$33,57 juta.

Dari sisi top line, perusahaan milik salah satu orang terkaya di Indonesia ini membukukan pendapatan usaha sebesar US$1,78 miliar atau sekitar Rp29,18 triliun. Capaian ini turun 17,4% dari tahun lalu sebesar US$2,16 miliar.

Direktur Chandra Asri Suryandi menyampaikan, Penurunan pendapatan ini terutama disebabkan oleh gangguan eksternal dalam pasokan dan permintaan yang mengurangi volume penjualan secara keseluruhan selama tahun tersebut, serta dampak dari TAM yang direncanakan oleh Perusahaan. Dengan demikian EBITDA perusahaan juga mengalami penurunan di tahun 2024.

"Perusahaan melaporkan EBITDA yang lebih rendah dibandingkan dengan FY 2023. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya laba kotor akibat pelaksanaan TAM yang berakhir pada Q3 2024 dan menyebabkan penutupan sementara di beberapa fasilitas produksi. Meskipun ini berdampak pada kapasitas operasional jangka pendek, inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas Perusahaan ke depan," ungkap Suryandi, dalam keterbukaan informasi BEI.

Kendati turunnya pendapatan, laba TPIA terhimpit beban pokok pendapatan sebesar US$1,74 miliar. Sebelumnya, perseroan mengakumulasikan beban sebesar US$2,08 miliar.

Dari segi permodalan, per Desember 2024, perusahaan mencatatkan aset sebesar US$5,66 miliar. Hal ini naik dari periode 31 Desember 2023 dengan perolehan US$5,61 miliar.

Adapun liabilitas dan ekuitas TPIA tercatat sebesar masing-masing US$2,73 miliar dan US$2,93 miliar.

Namun, kinerja saham TPIA cukup positif dengan pergerakan di zona hijau. Pada sesi I pagi ini, saham TPIA naik 2,27% atau ke level 10.125 per lembar saham.


(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Prajogo Pangestu Jual 23,2 Juta Saham TPIA, Kantongi Rp167,47 Miliar

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |