Kiamat Sektor Properti China: Makin Jarang Penduduk Beli Rumah

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis sektor properti di China kian lesu, diperburuk dengan makin menyusutnya jumlah penduduk negeri tirai bambu itu.

Goldman Sachs memprediksi, permintaan rumah baru di kota-kota besar China akan semakin tertekan, dengan jumlah hanya akan mencapai 5 juta unit per tahun.

Prediksi bank investasi global itu jauh lebih rendah dari level tertingginya pada 2017 silam. Saat itu permintaan jumlah rumah di China mampu mencapai puncaknya sebanyak 20 juta unit.

"Penurunan jumlah penduduk dan melambatnya urbanisasi mengindikasikan penurunan permintaan demografis terhadap perumahan dalam beberapa tahun mendatang," tulis tim ekonom Goldman Sachs dalam laporannya, sebagaimana dilansir CNBC Internasional, Sabtu (21/6/2025).

Bank Dunia atau World Bank memperkirakan, populasi negara itu akan turun di bawah 1,39 miliar pada tahun 2035 dari saat ini di kisaran 1,41 miliar.

Merosotnya jumlah penduduk di China akibat semakin minimnya angka kelahiran, ditambah dengan makin banyaknya jumlah kematian akibat populasi yang menua.

Kondisi itu dipicu kondisi perekonomian yang tak kunjung membaik, seperti Pendapatan yang stagnan, ketidakstabilan prospek pekerjaan, dan sistem jaminan sosial yang buruk.

Kaum muda China enggan memiliki lebih banyak bayi akibat berbagai masalah itu, meskipun pemerintahnya memberikan insentif bagi kelahiran anak melalui bantuan tunai.

Pada 2024, Biro Statistik China mencatat, populasi di China telah turun 1,39 juta dibanding tahun sebelumnya, melanjutkan tren penurunan selama tiga tahun terakhir.

Women in traditional costumes past by the Wangfujing Catholic Church also know as East Church in Beijing, Monday, April 21, 2025. (AP Photo/Ng Han Guan)Foto: AP/Ng Han Guan
Women in traditional costumes past by the Wangfujing Catholic Church also know as East Church in Beijing, Monday, April 21, 2025. (AP Photo/Ng Han Guan)

Goldman Sachs menilai, populasi yang menyusut akan melumpuhkan permintaan rumah sebanyak 0,5 juta unit setiap tahun pada era 2020-an dan menyebabkan penurunan yang lebih besar sebanyak 1,4 juta unit setiap tahunnya pada 2030-an.

Perumahan di kawasan sekolah bahkan kini telah terdampak dari sisi harganya akibat semakin banyaknya taman kanak-kanak yang tutup di China. Setidaknya hampir 36.000 TK tutup dalam dua tahun terakhir, dan 13.000 tutup pada periode 2022 dan 2024, menurut data Kementerian Pendidikan China.

"Dengan menyusutnya populasi dan pemerintah daerah mengurangi kebijakan pendaftaran berbasis distrik, nilai tambah rumah-rumah ini (di dekat sekolah) mulai berkurang," menurut William Wu, analis properti China di Daiwa Capital Markets.

Bisnis Sektor Properti China Makin Terpuruk

Pergeseran demografi tersebut merupakan beban tambahan bagi pasar properti, yang telah berjuang untuk bangkit dari kemerosotan bisnis sejak akhir 2020. Meskipun ada serangkaian tindakan pemerintah pusat dan daerah sejak September lalu, kemerosotan real estat belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Harga rumah baru turun dalam tujuh bulan pada Mei, menurut Larry Hu, kepala ekonom Tiongkok di Macquarie. Kondisi itu memperpanjang stagnasi selama dua tahun, meskipun ada upaya pemerintah untuk menghentikan penurunan tersebut.

Penjualan rumah baru di 30 kota besar turun 11% tahun ke tahun pada paruh pertama bulan ini, memburuk dari penurunan 3% pada Mei, kata Hu.

Wu mengatakan hambatan demografi pada pasar properti belum "mendekati" titik akhirnya, dan mungkin memerlukan waktu puluhan tahun untuk teratasi.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Peluang AS Resesi Makin Naik, Ekonom J.P Morgan Bilang Begini

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |