Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan pada hari pertama perdagangan Juni 2025. Meski begitu, ini hanya koreksi normal dan membuka peluang untuk tambah beli saham lagi.
Secara historis, seasonality IHSG setiap bulan Juni dan Juli cenderung positif. Untuk bulan Juni probabilitas indeks pasar saham RI ditutup hijau mencapai 70%, sementara bulan Juli mencapai 100%, setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
Peluang IHSG tetap ditutup hijau pada Juni dan Juli ini membuka peluang jika terjadi koreksi sehat pada hari ini, Senin (2/6/2025) untuk tambah cicil beli saham lagi.
Meskipun hari ini ada sentimen negatif dari kondisi makro yang bisa dibilang tidak baik-baik saja, seperti kondisi manufaktur kontraksi, surplus neraca dagang menyusut signifikan, dan Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali mengalami deflasi.
Ini menunjukkan risiko ekonomi Indonesia bisa mengalami perlambatan lagi karena daya beli masyarakat masih loyo.
Meski begitu, kami menilai ada sisi positif dari kondisi ekonomi yang lesu akan membuat pemerintah yang lebih fokus untuk pro-growth. Pada bulan lalu, Bank Indonesia (BI) sudah curi start memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50%.
Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif fiskal dengan mengeluarkan enam paket stimulus, mulai dari diskon tarif listrik, diskon tarif tol, dan lain-lain.
Gabungan antara pelonggaran moneter dan fiskal ini diharapkan bisa menjadi pendongkrak untuk daya beli masyarakat pada paruh kedua tahun ini.
Daya tarik untuk investasi di pasar saham Tanah Air juga dinilai masih menarik karena
secara valuasi IHSG masih dinilai atraktif. Jika mencermati saham-saham di indeks IDX30 dan LQ45 juga masih banyak saham yang undervalued. Berikut kami berikan daftarnya :
Perlu dicatat, meskipun masih murah, pelaku pasar tetap harus menilai lebih dalam berdasarkan teknikal dan fundamental-nya supaya mendapatkan saham dengan potensi return yang lebih optimal dengan risiko yang lebih diminimalisir.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(tsn/tsn)