China Lagi "Bersih-bersih" Tambang, Harga Batu bara Makin Terbang

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih membara di tengah proyeksi bertambahnya permintaan.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Rabu (18/6/2025) ditutup di US$ 111,95 per ton. Harganya naik 0,4%. Kenaikan ini memperpanjang rally ""pasir hitam" menjadi enam hari dengan kenaikan 5,4%.

Harga ini juga menjadi yang tertinggi sejak 10 Maret 2025 atau tiga bulan lebih. 

Harga batu bara naik karena ditopang kenaikan permintaan serta berkurangnya pasokan.

Antusiasme produksi sebagian besar tambang batu bara di China telah menurun sehingga pasokan batubara kokas sedikit mengetat.

Futures batu bara kokas China juga mengalami pemulihan langka bulan ini, dengan kenaikan terbaru didorong oleh penghentian sementara produksi di pusat pertambangan Shanxi seiring regulator melakukan penilaian lingkungan. Upaya "bersih-bersih" China dalam perbaikan tambang akan mengurangi pasokan dalam jangka pendek.

Inspeksi di wilayah Linfen, provinsi tersebut, semakin intensif, dan tambang-tambang yang memasok sekitar 10,5 juta ton per tahun diberi pemberitahuan lisan pada Senin untuk menghentikan operasi mereka.

Beberapa penambang melaporkan bahwa penghentian ini dijadwalkan berlangsung sementara selama 10 hari.

Langkah ini telah membantu mendorong harga batu bara kokas yang merupakan bahan bakar pembuat baja di bursa Dalian menjadi CNY 791,5 (sekitar $110) per ton, naik 9% sejauh bulan ini.

Futures sebelumnya mencapai titik terendah dalam sembilan tahun di CNY 709 pada awal Juni, kurang dari setengah nilainya dibandingkan setahun lalu.

Inspeksi, baik untuk alasan keselamatan maupun lingkungan, merupakan ciri khas industri pertambangan China yang sering membatasi pasokan dan mendongkrak harga.

Namun, jeda kali ini diperkirakan hanya sebentar. Para penambang telah bekerja keras dalam beberapa tahun terakhir, dan negara ini kini menumpuk kelebihan batubara, sementara pelanggan di industri baja kemungkinan akan mengurangi konsumsi akibat pemangkasan produksi yang diwajibkan pemerintah.

"Pasokan yang cukup, level persediaan yang tinggi, dan permintaan yang lemah seharusnya terus menekan harga batubara kokas dalam waktu dekat," tulis analis Morgan Stanley termasuk Rachel Zhang, dikutip dari Shanghai Metal Market.

Kendati banyak yang optimis permintaan dari China naik karena kebijakan pembangkitnya.

MenurutReuters,China menyetujui 11 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga batu bara baru pada kuartal pertama 2025, melebihi 10 GW yang disetujui pada paruh pertama tahun lalu.

Tahun lalu, persetujuan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara baru di China turun 41,5% secara tahunan menjadi 62,24 GW, penurunan tahunan pertama sejak 2021. Data terbaru menunjukkan persetujuan tahun ini mengikuti tren yang lebih tinggi. Meskipun tidak semua proyek yang disetujui akan dibangun, semakin panjangnya daftar proyek mengisyaratkan ketergantungan yang terus berlanjut pada batu bara.

Dari Eropa, Jerman diperkirakan akan menambah kapasitas energi dari pembangkit listrik batu bara.Akibat tingkat angin yang "rendah" pada kuartal pertama 2025, pembangkitan listrik dari energi terbarukan di Jerman turun 17% untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Sebaliknya, pembangkitan dari sumber bahan bakar fosil meningkat secara signifikan.

Meskipun terjadi penurunan secara keseluruhan pada energi terbarukan, tenaga angin tetap menjadi sumber pembangkitan listrik terbesar, dengan pangsa hampir 28%. Angka ini hanya sedikit di atas batu bara yang berada di 27%.

Listrik dari gas menyumbang hampir 21% sementara pembangkitan listrik dari tenaga surya meningkat "lebih dari sepertiga", mencapai pangsa 9,2% dari total bauran listrik, jelas media itu.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |