Anak Pejabat RI Pilih Hidup Melarat, Sosoknya Jarang Orang Tahu

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Anak-anak yang lahir dengan nama besar orang tua memiliki 'kemewahan' dibandingkan rakyat biasa. Mereka bisa memanfaatkan kekuasaan orang tua untuk mendapat kerja dan meraih kesuksesan dengan mudah.

Kendati demikian, ternyata tak semua anak mau menggadaikan nama besar orang tua. Salah satunya anak kandung R.A. Kartini bernama Soesalit.

Memang sosoknya jarang diketahui. Soesalit sengaja tak mau tersorot gara-gara sepak terjang dan gelar bangsawan sang ibu, maupun jabatan bupati yang diemban sang ayah.

Wardiman Djojonegoro dalam Kartini (2024) menceritakan, Soesalit sebenarnya berhak menggantikan ayahnya sebagai bupati. Namun, dia mantap menolaknya.

Banyak saudara yang berulangkali meminta Soesalit menjadi penerus sang ayah, tapi jawabannya berujung penolakan.

Sebagai gantinya, dia memilih masuk tentara pada 1943. Dia dilatih oleh tentara Jepang dan kemudian tergabung sebagai tentara Pembela Tanah Air (PETA). Ketika Indonesia merdeka, Soesalit praktis menjadi bagian Tentara Keamanan Rakyat Republik Indonesia. Dari sini, kariernya perlahan moncer.

Menurut Sitisoemandari Soeroto dalam Kartini: Sebuah Biografi(1979), Soesalit selalu terlibat dalam beberapa pertempuran melawan Belanda yang lantas membuatnya cepat naik pangkat. Begitu juga namanya yang makin terkenal.

Puncak kesuksesan sebagai tentara terjadi pada 1946. Dirinya diangkat menjadi Panglima Divisi II Diponegoro yang memimpin pasukan terpenting karena bertugas menjaga ibukota negara di Yogyakarta.

Bahkan, dia juga pernah beberapa kali memegang jabatan sipil. Salah satunya sebagai penasehat Menteri Pertahanan di Kabinet Ali Sastro pada 1953.

Saat ini terjadi, jarang orang mengetahui kalau Soesalit adalah anak dari tokoh besar RI bernama R.A Kartini. Dia memang sengaja tak menjual nama besar ibunya.

Padahal, sepanjang dia hidup, kisah-kisah Kartini berulangkali menjadi inspirasi dan terus diceritakan banyak generasi terkait perempuan penuntut kesetaraan lewat surat-suratnya. Bahkan, kala itu sudah populer lagu mengenai ibunya berjudul "Ibu Kita Kartini" buatan W.R Soepratman yang terus dinyanyikan banyak orang.

Atasan Soesalit, Jenderal Nasution, menjadi saksi bagaimana dia memang tak mengumbar nama orang tua. Nasution melihat ketika tak lagi bertugas, Soesalit lebih memilih hidup melarat sebagai veteran. Dia tak meminta hak-haknya sebagai veteran.

Kata Nasution, dikutip dari Kartini: Sebuah Biografi (1979), dia bisa-bisa saja hidup tak melarat dengan berkata bahwa dia adalah satu-satunya putra Kartini. Dengan begitu, banyak orang akan menaruh simpati sehingga bisa mengubah hidup jenderal bintang dua tersebut.

Namun, Soesalit tetap memegang prinsip yang dia tanamkan dari awal: tidak mau mengutarakan bahwa dirinya keturunan Kartini. Akibat prinsip ini, pria kelahiran Rembang ini tetap melarat sampai tutup usia pada 17 Maret 1962.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |