Trump Ngamuk Lagi, Tarif Impor Tembaga 'Dibom' 50% Mulai 1 Agustus

8 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan tarif 50% untuk impor tembaga akan mulai berlaku 1 Agustus. Keputusan tersebut dibuat setelah ia menerima dokumen penilaian keamanan nasional AS.

"Saya mengumumkan TARIF 50% untuk Tembaga, berlaku efektif 1 Agustus 2025, setelah menerima PENILAIAN KEAMANAN NASIONAL yang kuat," tulis Trump di akun media sosialnya, Truth Social, dikutip Kamis (9/7/2025).

"Tembaga diperlukan untuk Semikonduktor, Pesawat Terbang, Kapal, Amunisi, Pusat Data, Baterai Litium-ion, Sistem Radar, Sistem Pertahanan Rudal, dan bahkan Senjata Hipersonik, yang banyak di antaranya sedang kami produksi. Tembaga adalah material kedua yang paling banyak digunakan oleh Departemen Pertahanan," jelasnya lagi.

Pengumuman in i membuat harga tembaga naik 2,62%. Hal tersebut memperpanjang kenaikannya dari sesi sebelumnya ketika melonjak 13,12% dan mencatat kenaikan satu hari terbaiknya sejak 1989.

Harga tembaga berjangka acuan tiga bulan di London Metal Exchange turun 1,63% menjadi US$9.630,50 per ton pada pukul 09.20 waktu Singapura. Angka tersebut mencerminkan premi yang luar biasa lebar yang berkembang antara tembaga AS dan logam di tempat lain.

Sementara itu, menurut lembaga Benchmark Mineral Intelligence yang berbasis di London, konsumen AS kemungkinan membayar sekitar US$15.000 per metrik ton untuk tembaga. Di data yang sama, seluruh dunia membayar sekitar US$10.000 pada bulan Agustus.

Mengutip CNBC International, tembaga adalah logam ketiga yang paling banyak dikonsumsi secara global, setelah besi dan aluminium. Menurut data dari Survei Geologi AS, negeri itu mengimpor hampir setengah dari tembaga yang digunakannya, dengan sebagian besar berasal dari Chili.

Sebelumnya pada hari Selasa, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan pemerintahan Trump ingin "memulangkan produksi tembaga." Ia mencatat bahwa langkah Trump akan menyelaraskan tarif tembaga dengan bea masuk AS atas impor baja dan aluminium, yang Trump gandakan menjadi 50% pada awal Juni.

Namun, para ahli mengatakan bahwa hal ini akan membutuhkan waktu sebelum produksi meningkat. Itu mungkin membutuhkan waktu puluhan tahun untuk memenuhi permintaan.

"Ketergantungan AS pada impor tembaga merupakan kerentanan, tetapi (AS) tidak memiliki kapasitas saat ini untuk mengimbangi impor," kata Carlos Miguel Gutierrez, pengamat yang menjabat sebagai Menteri Perdagangan di bawah mantan presiden AS George W. Bush.

"Mungkin kapasitas akan beroperasi pada tahun 2027 dan 2028, dengan asumsi ada jaminan bahwa tarif tersebut akan tetap berlaku," tambahnya.

"Sementara itu, lanjutnya, akan terjadi kekurangan tembaga di AS. Harga akan naik seiring perusahaan mulai berinvestasi dalam kapasitas produksi.

"Tarif sektoral, seperti tembaga, baja, aluminium, dan farmasi, dapat digunakan sebagai daya ungkit dalam negosiasi antar negara," ujarnya lagi menambahkan "Kanada juga merupakan eksportir tembaga yang signifikan ke AS".

Di sisi lain, analis lain Adam Whiteley dari BNY Investments mengatakan bahwa pengumuman terbaru Trump menunjukkan kebijakan perdagangan yang ingin ia lindungi. Tembaga, kata dia, mungkin termasuk dalam kategori tarif ketiga, yaitu keamanan nasional.

"Jadi, kita punya taktik negosiasi, kita harus mengatasi ketidakseimbangan perdagangan, lalu tembaga, atau bahkan, mineral apa pun, mungkin semikonduktor, mungkin farmasi," kata Whiteley.

Perusahaan riset multinasional Inggris, BMI, memperkirakan produksi tambang tembaga global akan meningkat dengan rata-rata tahunan sebesar 2,9% dari tahun 2025 hingga 2034. Output tahunan meningkat dari 23,8 juta metrik ton pada tahun 2025 menjadi 30,9 juta metrik ton pada tahun 2034.

Untuk tahun ini, analis perusahaan memperkirakan output tambang tembaga global akan meningkat sebesar 2,5% year-on-year (yoy) pada tahun 2025. Hal itu didukung oleh pemulihan produksi di Chili dan peningkatan yang sedang berlangsung di tambang Oyu Tolgoi di Mongolia.

Peru, Rusia, dan Zambia juga diperkirakan akan menjadi kontributor utama peningkatan output global.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Perang Baru Trump di Depan Mata, AS Siapkan Tarif Impor Tembaga 25%

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |