Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah penguatan dolar AS terhadap rupiah dalam beberapa bulan terakhir, tanpa kita sadari mata uang Garuda juga tergerus terhadap dolar Singapura. Pada akhir April, mata uang Singapura sempat menyentuh Rp 12.875.
Jika dilihat dalam 20 tahun terakhir, dolar Singapura memang mencetak all time high. Terhadap dolar Singapura, rupiah sangat tidak berarti dengan penurunan nyaris 20%, menurut data Refinitiv.
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI R. Triwahyono mengatakan sebenarnya kalau dikatakan dolar Singapura semakin menguat terhadap rupiah, itu tergantung rentang waktunya atau time horizon berapa lama.
"Namun sebagai contoh, kalau kita melihat potongan waktu dalam 1 bulan terakhir, kita bisa lihat bahwa dolar Singapura menguat 1,31% terhadap dolar AS, sedangkan rupiah menguat 2,40% terhadap dolar AS. Sehingga di 1 bulan terakhir ini sebenarnya rupiah relative menguat terhadap dolar Singapura sekitar 1,41%," ujarnya.
Dengan demikian, dolar AS bisa dikatakan sebagai mata uang utama dunia dalam konteks sebagai mata uang yang paling banyak digunakan sebagai reserve currency, maka nilai tukar mata uang negara manapun biasanya akan selalu "dilawankan" dengan dolar AS.
"Sedangkan nilai tukar antar mata uang lain yang tidak melibatkan USD, misalnya SGD/IDR, sering disebut sebagai cross currency. Jadi cross currency tidak selalu bisa menjelaskan hubungan antar kedua negara tersebut," jelas Triwahyono.
Aset Singapura Jadi Incaran
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro mengungkapkan banyak investor yang masih dan terus percaya dengan aset Singapura.
"Dan ini yang menyebabkan mengapa kemudian capital flows tetap masuk ke sektor keuangan dan wealth management di Singapura itu sendiri," ujar Andry.
Hal ini diperkuat dengan pertumbuhan dana pihak ketiga dari non-residen di Singapura.
"Saya coba bacain datanya ya, pertumbuhan DPK di resident outside Singapura, jadi DPK from resident outside Singapura itu tumbuhnya terakhir datanya itu di 6,18%. Di tahun lalu di Maret bahkan tumbuh sempat di 14,2%. Jadi inilah pertumbuhan DPK non-resident lah gitu ya," kata Andry.
Andry pun menambahkan pertumbuhan DPK Singapura dari total depositonya mencapai 6,8%. Ini memang mengindikasikan besarnya penempatan dana dari non-residen Singapura di instrumen perbankan Negeri Jiran tersebut.
Faktor lain yang membuat mata uang Singapura semakin menguat adalah kinerja ekonominya.
"Yang berikutnya adalah narasi pertumbuhan ekonomi yang memang masih di atas ekspektasi...Narasi pertumbuhan itu semakin penting sekarang. Ya bagi Indonesia ya tumbuh relatif stabil di angka 4,5-5% misalnya. Di saat negara-negara lain trouble untuk mencapai event pertumbuhan up to 4,5% misalnya. Ini akan memberikan faktor plus tersendiri buat Indonesia," paparnya.
Di sisi Singapura, ekonominya cukup baik. Pada kuartal I-2025, ekonomi Singapura tumbuh 1,9% dan mengalahkan konsensus pasar. Selain itu, inflasi intinya tetap relatif rendah dan surplus neraca perdagangan juga cukup konsisten.
"Jadi itu yang kemudian menyebabkan capital flows tetap ada di Singapura dan membuat kursnya juga relatif menguat," tegas Andry.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Demi Rupiah, BI Turunkan Outstanding SRBI
Next Article Berat! Ini 3 Biang Kerok yang Bikin Dolar Sentuh Rp16.300