Rupiah Melemah Saat Investor Tunggu Kabar Genting, Dolar ke Rp 16.325

1 day ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025). Rupiah melemah di tengah penantian investor akan banyaknya data ekonomi nasional yang akan dirilis pada hari ini, mulai dari Indeks Harga Konsumen, neraca perdagangan, hingga aktivitas manufaktur.

Merujuk Refinitiv, pada Senin (2/6/2025) pukul 09.06 WIB, nilai tukar rupiah ada di Rp 16.325/US$ atau melemah 0,25%.

Fluktuasi rupiah hari ini akan didorong oleh penantian data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk periode Mei 2025 dan neraca perdagangan April 2025.

IHK diperkirakan turun atau mengalami deflasi pada Mei 2025 secara bulanan. IHK turun karena melandainya harga sejumlah bahan pangan, tiket transportasi, hingga bahan bakar minyak (BBM).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan IHK secara bulanan (month to month/mtm) diproyeksi turun atau mengalami deflasi sebesar 0,1%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), IHSK masih diproyeksi naik atau mengalami inflasi sebesar 1,89%.

Jika IHK kembali terjadi deflasi maka ini akan menjadi deflasi ketiga sepanjang tahun ini setelah Januari (-0,76%) dan Februari (-0,48%).

Deflasi bisa menjadi kabar buruk karena bisa mencerminkan pelemahan daya beli. Terlebih, Indonesia sudah kerap mencatatkan deflasi pada tahun ini.
Melandainya harga barang bisa dipicu oleh melemahnya permintaan bukan lagi karena harga kembali normal atau pasokan yang mencukupi.

Namun demikian, sentimen positif datang dari investor asing setelah Bank Indonesia (BI) melaporkan data transaksi 26 - 27 Mei 2025, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp1,50 triliun, terdiri dari beli neto Rp0,11 triliun di pasar saham dan Rp2,02 triliun di pasar SBN (Surat Berharga Negara), serta jual neto sebesar Rp0,63 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selain IHK, investor juga menunggu data neraca perdagangan April 2025. Neraca April akan mencerminkan seberapa besar dampak kebijakan perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Polling CNBC Indonesia dari sembilan institusi menunjukkan neraca dagang Indonesia akan mengecil ke US$ 2,7 miliar pada April 2025, dari US$ 4,33 miliar pada Maret 2025.

Sebagai catatan, Trump mengumumkan kebijakan tarif impor 10% dan tarif resiprokal pada 2 April 2025. Trump juga terus mengganti kebijakan tarif impornya. Trump memang menunda tarif resiprokal hingga 90 hari tetapi tetap memberlakukan tarif 10%.

Bila data IHK dan neraca dagang belum diketahui, maka data aktivitas manufaktur RI sudah keluar. 

Aktivitas manufaktur Indonesia kembali mengalami kontraksi pada Mei 2025. Kontraksi memperpanjang tren negatif menjadi dua bulan beruntun,

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Senin (2/6/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 47,4 atau mengalami kontraksi pada Mei 2025. Ini adalah kedua kali dalam dua bulan beruntun PMI mencatat kontraksi.

PMI memang lebih baik dibandingkan pada April 2025 yakni 46,7.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

S&P Global menjelaskan aktivitas produksi dan pesanan baru kembali melemah, dengan penurunan pesanan baru yang bahkan lebih tajam dibanding April. Penurunan pesanan bahkan menjadi yang terdalam sejak Agustus 2021.

Nilai tukar rupiah hari ini juga akan dibayangi oleh pergerakan indeks dolar. Indeks masih melemah sejak pekan lalu. Indeks melemah ke 99,17. Pelemahan ini menjadi kabar baik bagi rupiah karena ada potensi asing membeli rupiah setelah menjual dolar. 
Indeks ambruk dari pertengahan Mei di tengah berubah-ubahnya kebijakan Presiden AS Donald Trump.


(rev/rev)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Menguat, Dolar AS Jatuh ke Level Rp 16.200-an

Next Article Breaking! Rupiah Ambruk 1%, Dolar Tembus Rp16.260

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |