Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menyatakan bahwa rencana program B50 atau campuran bahan bakar 50% biodiesel dengan 50% solar (diesel fosil) bakal berlangsung di tahun depan.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menyebut Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BUBBN) yang merupakan badan usaha yang terlibat dalam produksi atau pengadaan bahan bakar nabati, termasuk biodiesel siap mewujudkannya.
"Jadi untuk B50, ini kan kita lagi evaluasi. Dan juga rencana kita akan implementasi B50 tahun depan, tahun 2026. Dan juga dari kesiapan, dari suplai CPO dan juga suplai dari BUBBN, itu juga mereka siap untuk melaksanakan program B50," katanya ditemui di Lapangan Banyuurip, Bojonegoro Kamis (26/6/2025).
Ia enggan gegabah untuk memajukan target program B50, pasalnya dikhawatirkan bakal mengganggu stok persediaan yang digunakan untuk konsumsi masyarakat. Meski demikian, peluang tersebut masih ada.
"Jadi ini kan kapasitas BUBBN-nya, ini kan juga terbatas. Jadi ya kita juga berusaha untuk meningkatkan produksi fame-nya. Jadi kan harus inline antara fame dengan program B50. Jadi kalau dimungkinkan dipercepat, ya kami akan lakukan percepatan untuk implementasi B50," ujar Yuliot.
Ada juga PT Butonas Petrochemical Indonesia (BPI), perusahaan yang berencana membangun pabrik bioetanol dan metanol di Kabupaten Bojonegoro. Pabrik ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan investasi sekitar Rp 22,8 triliun.
"Untuk Bioetanol itu juga ini akan dilakukan di sini, di kawasan industri Bojonegoro. Untuk ketersediaan gas kami juga sudah alokasikan," sebut Yuliot.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Biodiesel, Begini Pergerakan Impor Solar RI dalam 5 Tahun