Negosiasi Nuklir dengan AS Mulai Buntu, Iran Sudah di Mode Perang

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah meningkatnya ketegangan regional dan negosiasi nuklir yang berjalan alot, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Baqeri, menyatakan bahwa kekuatan militer Republik Islam Iran berada pada "puncak kesiapan tempur dan intelijen". Ia juga memperingatkan bahwa meskipun musuh mungkin memulai konflik, Iran yang akan menentukan bagaimana dan di mana konflik itu akan berakhir.

"Nasihat kami kepada musuh-musuh yang kadang mengancam pemerintahan ini adalah: Anda mungkin memulai konflik dengan Republik Islam karena salah kalkulasi, tapi akhir, cara, waktu, lokasi, dan perkembangan di medan tempur tidak akan berada dalam kendali Anda. Republik Islam Iran-lah yang akan menentukannya," tuturnya.

Pernyataan ini dilaporkan oleh kantor berita resmi Iran, IRNA, menyusul selesainya putaran keempat negosiasi nuklir yang menegangkan antara Iran dan Amerika Serikat di Oman pada Minggu lalu. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam akan mengambil tindakan militer jika kesepakatan nuklir tidak segera tercapai.

"Jika musuh melakukan kesalahan atau berniat menyerang pemerintahan dan wilayah suci Republik Islam Iran, angkatan bersenjata kami memiliki kemampuan dan kesiapan penuh untuk menghadapi mereka," tegas Baqeri, sebagaimana dilaporkan IRNA dan dikutip Newsweek, Rabu (14/5/2025).

Menurut IRNA, kesiapan Iran mencakup pengumpulan intelijen, perencanaan operasional, dan kemampuan menjalankan berbagai skenario konflik yang mungkin terjadi.

Pernyataan ini dikeluarkan saat tekanan internasional meningkat terhadap program nuklir Iran, yang saat ini masih memperkaya uranium hingga 60%, jauh di atas batas yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) yang ditinggalkan oleh Trump pada 2018.

Di sisi lain, Israel telah mengancam akan melancarkan serangan jika Iran mendekati kemampuan senjata nuklir. Sementara itu, Amerika Serikat memperkuat kehadiran militernya di pangkalan Diego Garcia, yang berada dalam jangkauan operasional terhadap Iran.

Trump Desak Denuklirisasi Total

AS terus menekan Iran untuk menghentikan pengayaan uranium sepenuhnya dan membongkar sentrifugal serta bahan mentah yang dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir. Trump menginginkan agar Iran secara sukarela menyerahkan programnya.

Namun, Teheran tetap bersikukuh bahwa mereka tidak berusaha membuat senjata nuklir, melainkan mempertahankan hak energi nuklir sipil.

Utusan Presiden AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dalam wawancara dengan Breitbart mengatakan Iran tidak memiliki banyak pilihan terkait negosiasi tersebut.

"Mereka mungkin mencoba memanipulasi saya. Tapi saya tidak berpikir mereka akan berhasil. Jika Iran berpikir bisa mengulur waktu di meja perundingan, mereka tidak akan banyak berhadapan dengan saya, dan seperti yang Presiden katakan, alternatifnya akan menjadi sangat buruk bagi mereka," ujarnya.

Adapun putaran terbaru perundingan di Oman menjadi upaya diplomatik lanjutan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015. Namun, jalur menuju kompromi tampak semakin terjal di tengah nada ancaman dari kedua pihak.

Sementara Teheran menolak segala bentuk tekanan eksternal, Washington terus mengancam bahwa "opsi militer tetap ada di meja".

Perlu dicatat, kesepakatan 2015, yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), dicapai setelah bertahun-tahun diplomasi, namun runtuh ketika Trump menarik AS keluar dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang berat terhadap Iran.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran & AS Sepakat Lanjutkan Negosiasi Soal Nuklir

Next Article Video: Trump Beri Iran Waktu 2 Bulan Capai Kesepakatan Nuklir Baru

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |