Jakarta, CNBC Indonesia - Satu-satunya penumpang yang selamat dari kecelakaan Air India diketahui duduk di kursi 11A. Kursi tersebut berada dekat dengan pintu keluar darurat dalam pesawat Boeing 787 tersebut. Lalu, benarkah kursi 11A paling aman ketika ada keadaan darurat di pesawat?
Para pakar penerbangan mengatakan keamanan diri tak bisa ditentukan melalui nomor kursi. Sebab konfigurasi kursi tiap pesawat sangat bervariasi.
Investigasi TIME yang mengamati data kecelakaan pesawat selama 35 tahun menemukan bahwa area kursi tengah yang terletak di bagian paling belakang pesawat memiliki tingkat kematian terendah, yakni 28 persen.
Sementara itu, kursi lorong (aisle) di barisan tengah pesawat dekat sayap memiliki risiko kematian tertinggi, yakni tingkat kematian 44 persen.
Mengapa kursi tengah di barisan belakang pesawat paling aman dalam kondisi darurat?
Ahli penerbangan di Central Queensland University, Doug Drury mengungkapkan bahwa data TIME tersebut sangat masuk akal. Duduk di dekat pintu keluar akan memberi penumpang jalur penyelamatan tercepat dalam keadaan darurat, asalkan tidak ada api. Namun, sayap pesawat menyimpan bahan bakar sehingga kursi yang berada di dekat sayap bukanlah opsi teraman.
Saat kondisi darurat, penumpang kelas bisnis yang ditempatkan di bagian depan pesawat disebut akan terkena dampak terlebih dulu sebelum penumpang lain yang berada di belakang.
Alasan mengapa kursi tengah lebih aman daripada kursi jendela atau lorong karena terdapat buffer berupa penumpang lain di kedua sisinya.
Selain letak kursi penumpang, jenis pesawat juga diklaim dapat memengaruhi keadaan darurat. Umumnya, pesawat dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki lebih banyak material struktural sehingga lebih kuat untuk menahan tekanan di ketinggian.
Dengan demikian, pesawat besar dapat memberikan perlindungan tambahan dalam keadaan darurat, meskipun pada akhirnya semuanya sangat bergantung pada tingkat keparahan keadaan darurat.
Tak hanya itu, jenis keadaan darurat juga diklaim dapat menentukan kelangsungan hidup para penumpang dan awak kabin.
Pesawat yang menabrak gunung disebut memiliki peluang keselamatan penumpang terkecil, seperti tragedi Air New Zealand TE901 yang menabrak lereng Gunung Erebus di Antartika dan menewaskan 257 penumpang serta awak kabin.
Sementara itu, pesawat yang terjatuh di laut dengan posisi 'hidung' pesawat terlebih dahulu juga diklaim mengurangi peluang untuk bertahan hidup, seperti insiden Air France Penerbangan 447 pada 2009 yang menewaskan 228 penumpang dan awak kabin.
Maka dari itu, para pilot dilatih untuk meminimalkan potensi risiko dalam keadaan darurat sebaik mungkin. Mereka akan berusaha menghindari menabrak gunung dan mencari pendaratan tempat yang datar, seperti lapangan terbuka untuk mendarat senormal mungkin.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]