Jangan Kaget! Dolar AS Tak Sekuat Dulu, Bukan Lagi Tempat Berlindung

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) tidak lagi menjadi aset lindung atau safe haven. Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri mengatakan itu karena kebijakan tarif resiprokal yang diusung Presiden AS Donald Trump, yang menyebabkan kekhawatiran dari pasar keuangan.

"Sebelum tarif resiprokal, saya berekspektasi, dengan tarif universal sekitar 10%. Ketika Presiden Trump berkuasa, saya mengharapkan bahwa dolar akan terus menjadi aset safe haven, ya. Tetapi bagi saya, tampaknya setelah tarif timbal balik, ada beberapa kekhawatiran dari pasar keuangan tentang peran dolar sebagai satu-satunya safe haven," ujar Chatib di acara DBS Asian Insights Conference di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Menurutnya, ada kecenderungan terjadinya dedolarisasi, walaupun tidak dalam kasus ekstrem. Maka demikikan, Chatib mengatakan saat ini terjadi depresiasi dolar AS terhadap mata uang utama, termasuk rupiah.

"Ya, meskipun saat ini, rupiah masih sekitar 16.500. Jadi cara saya melihatnya, dalam situasi seperti ini, saya akan terkejut jika dalam jangka menengah, kita akan melihat depresiasi dolar AS terhadap mata uang utama," tandasnya.

Dalam situasi ini, Chatib menyebut Bank Indonesia (BI) memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan. Tepat hari ini, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI telah memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan alias BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%.

"Saya melihat lebih banyak ruang, karena jika Anda melihat inflasi kita sekarang kurang dari 3%, 2,5%. Jika kecenderungan dolar AS terdepresiasi terhadap mata uang utama. Jadi saya tidak berpikir, saya pikir ada ruang bagi Bank Indonesia untuk intervensi," jelasnya.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Kian Perkasa! Tembus Rp16.300-an per Dolar AS

Next Article Hari Pertama Perdagangan 2025, Was-Was Rupiah Masih Rawan Melemah!

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |