Perkasa! Rupiah Juara Asia, Korsel Dihantam Habis

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Performa mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat pada Kamis (22/5/2025).

Dilansir dari Refinitiv, pada hari ini, Kamis (22/5/2025) per pukul 09:40 WIB, performa rupiah Indonesia terhadap dolar AS paling baik dengan apresiasi sebesar 0,58%, kemudian disusul oleh baht Thailand yang menguat 0,52%, serta yen Jepang yang naik 0,35%.

Namun berbeda halnya dengan won Korea Selatan yang justru tertekan 0,26%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) terpantau melemah 0,1% ke angka 99,46.

Indeks dolar turun ke sekitar 99,5 pada pagi hari ini, menandai penurunan harian keempat berturut-turut, karena kekhawatiran fiskal membebani sentimen.

Para investor semakin merasa tidak nyaman dengan anggaran yang diusulkan Trump, yang mencakup pemotongan pajak besar-besaran yang diproyeksikan akan menambah antara US$3 triliun dan US$5 triliun pada utang nasional.

Namun, undang-undang itu menemui hambatan politik karena sejumlah anggota Partai Republik dari negara bagian biru memperingatkan mereka akan menahan dukungan kecuali RUU tersebut mencakup pengurangan yang lebih besar untuk pajak negara bagian dan lokal.

Tekanan lebih lanjut terhadap dolar datang dari lelang obligasi 20 tahun yang kurang bergairah, yang menandakan melemahnya permintaan terhadap utang pemerintah AS dan memperkuat kekhawatiran bahwa investor asing dan domestik mungkin menarik diri dari aset AS.

Sedangkan dari Tanah Air, Bank Indonesia (BI) baru saja memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada 21 Mei 2025.

Penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% tidak berdampak negatif pada nilai tukar rupiah, melainkan justru memperkuatnya. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang saling berkaitan.

Ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter BI telah memperhitungkan pemangkasan suku bunga, sehingga dampaknya terhadap rupiah tetap terkendali. Selain itu, tingkat inflasi yang rendah, sekitar 2,5%, memungkinkan langkah ini dilakukan tanpa risiko besar terhadap stabilitas mata uang.

Aliran modal asing yang terus masuk menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia, yang turut menopang penguatan rupiah. Pelemahan dolar AS di pasar global juga menjadi faktor yang mendorong apresiasi mata uang Indonesia.

Lebih lanjut, intervensi BI melalui berbagai mekanisme, seperti transaksi di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN), berhasil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah meskipun kebijakan suku bunga mengalami perubahan. Dengan kombinasi faktor-faktor ini, rupiah tetap kuat meskipun suku bunga acuan mengalami penurunan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |