IHSG Perpanjang Reli, Sudah 7 Hari Perdagangan Beruntun di Zona Hijau

3 hours ago 1
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengawali perdagangan saham domestik di zona positif dan mulai melangkah dekati level 6.900. IHSG naik 28,49 poin atau menguat 0,42% ke level 6.860,52 pada pembukaan perdagangan sesi pertama Selasa (6/5/2025).

Sebanyak 237 saham naik, 67 turun, dan 230 tidak bergerak. Nilai transaksi perdagangan sesi pertama mencapai Rp300 miliar yang melibatkan 455 juta saham dalam 37.896 kali transaksi.

Penguatan ini memperpanjang reli IHSG yang telah menguat dalam tujuh hari perdagangan beruntun dan dalam 17 hari perdagangan terakhir, hanya dua kali berakhir di zona merah. Dalam periode yang sama (17 hari perdagangan terakhir) atau sejak akhir perdagangan Rabu, 9 April 2025, IHSG tercatat telah melesat hingga 15%.

Adapun sepanjang periode April 2025, IHSG mencatatkan kenaikan 3,93% dan bertengger di level 6.766,8 pada Rabu (30/4/2025).

Sementara itu, jika melihat secara historis, IHSG selama 10 tahun terakhir pada periode Mei dominan mencatatkan pelemahan, hanya di tahun 2015 dan 2020 IHSG menguat di periode Mei.

Melihat penguatan IHSG pada periode Maret dan April 2025, mendorong potensi IHSG harus rehat sejenak pada bulan ini. Hal ini seiring dengan beberapa sentimen yang kemungkinan akan menjadi kabar buruk untuk pasar saham sepanjang bulan ini.

Sentimen yang akan mempengaruhi pasar keuangan Tanah Air hari ini datang dari dalam maupun luar negeri. Sentimen dari dalam negeri datang dari data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 yang di bawah ekspektasi konsensus. Melambatnya pertumbuhan dapat berdampak ke banyak hal atau dengan kata lain memiliki multiplier effect dan spill over yang besar.

Apabila dampak ini tidak ditindaklanjuti dengan baik atau pun tidak diantisipasi oleh pemerintah, maka perekonomian Indonesia berpotensi mengalami kemunduran. Kondisi ini dapat menjadi sentimen buruk karena investor asing memiliki perspektif yang negatif terhadap Indonesia.

Sentimen eksternal akan datang dari anjloknya harga minyak hingga rapat FOMC bank sentral AS.

PDB Indonesia Kuartal I-2025 Tumbuh 4,87% yoy

Senin (05/05/2025), BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 tercatat hanya tumbuh 4,87% atau menjadi yang terendah semenjak tahun kedua Covid-19, yakni 2021. Angka tersebut hanya lebih baik dibandingkan kuartal I-2021 yang mencatatkan 3,53%.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 mencapai 4,87%," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (5/5/2025).

Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia Research dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 4,94% (year on year/yoy) dan terkontraksi 0,9% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq) pada kuartal I-2025.

Harga Minyak Anjlok Sekitar 4%

Harga minyak brent pada perdagangan Senin ditutup anjlok 1,7% ke US$ 60,23 atau terendah sejak Februari 2021. Harga minyak WTI juga anjlok 1,9% ke US$ 57,13 atau terendah sejak Februari 2021 atau empat tahun lebih.

Harga minyak dunia tergelincir tajam hingga menyentuh level terendah dalam empat tahun terakhir. Tekanan datang dari keputusan OPEC+ yang mempercepat peningkatan produksi secara agresif, memperparah kekhawatiran pasar akan kelebihan pasokan di tengah permintaan yang melemah.

Mengutip laporan Reuters, aliansi OPEC dan sekutunya (OPEC+) pada akhir pekan lalu menyepakati kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari (bph) mulai Juni. Ini merupakan bulan kedua berturut-turut kenaikan produksi yang besar, setelah lonjakan output tiga kali lipat yang disepakati untuk Mei lalu.

Secara total, OPEC+ akan menambah 960.000 bph ke pasar selama April-Juni 2025, atau hampir separuh dari pemangkasan 2,2 juta bph yang disepakati sejak 2022. Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk menghukum anggota-anggota yang sebelumnya kelebihan produksi seperti Kazakhstan.

Selain sentimen suplai, prospek permintaan energi global juga memburuk. Perang dagang antara AS dan China kembali memanas setelah Presiden AS, Donald Trump menyatakan bahwa tarif saat ini sudah terlalu tinggi hingga perdagangan kedua negara nyaris terhenti. Di sisi lain, Trump juga menyerukan agar OPEC+ meningkatkan produksi guna menekan harga energi domestik.

FOMC Meeting

Pelaku pasar kini menunggu rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang digelar Selasa-Rabu waktu AS atau Rabu malam hingga Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pelaku pasar memperkirakan 4,4% terjadi penurunan suku bunga. Namun demikian, para pelaku pasar tetap mencermati setiap komentar dari bank sentral atau Ketua Fed Jerome Powell mengenai prospek ekonomi di tengah ketidakpastian akibat perang dagang.

Pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell akan sangat ditunggu karena dunia tengah dilanda kekhawatiran perang dagang. Dunia juga menunggu pernyataan Powell mengenai desakan Trump agar dirinya memangkas suku bunga


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG & Rupiah Perkasa, Mana Sektor Yang Jadi Incaran Pasar?

Next Article IHSG Lesu Pagi Ini, Dibuka Turun 0,13%

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |