Tarif Trump Sia-sia, Ini Alasan China Tak Bisa Ditinggal

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Usaha Trump untuk memaksa Apple memproduksi iPhone ke Amerika dipandang banyak pihak sebagai upaya yang sia-sia.

Pasalnya, kompleksitas rantai pasok global Apple dan keunggulan manufaktur di Asia membuat produksi iPhone di AS nyaris mustahil.

Trump sendiri berambisi membawa lini produksi Apple dari China ke Amerika Serikat, dengan harapan menciptakan lapangan kerja dan menghidupkan kembali manufaktur domestik.

Namun, upaya serupa pernah gagal ketika Motorola menutup pabriknya di Texas hanya setahun setelah dibuka pada 2013 akibat biaya tinggi dan penjualan yang tidak sesuai target.

Menurut para ahli rantai pasok, kendala utama bukan hanya jumlah pekerja yang besar di China, tapi juga jaringan suplai global yang telah dibangun Apple selama puluhan tahun.

Produksi iPhone melibatkan ribuan komponen yang dibuat di berbagai negara Asia dan dirakit di pusat manufaktur seperti China dan India.

"Awalnya karena biaya tenaga kerja yang rendah, tapi sekarang China unggul karena kecepatan, fleksibilitas, dan kualitas dunia," jelas Andy Tsay, profesor di Santa Clara University, dikutip dari Financial Times, Selasa (29/4/2025).

Jika iPhone benar-benar dirakit di AS, harga jualnya bisa melonjak hingga US$3.500 (sekitar Rp56 juta), menurut prediksi sejumlah analis.

Berkat efisiensi produksi global, Apple berhasil menekan sekitar 36 persen margin bersih untuk setiap iPhone 16 Pro (256GB) misalnya.

TechInsights memperkirakan saat ini biaya perakitan dan pengujian iPhone hanya sekitar US$10, US$10, baterai US$4, layar dan layar sentuh US$38.

Apple saat ini sudah mulai mengalihkan sebagian produksi ke India, namun bukan ke Amerika.

Foxconn, mitra perakitan Apple asal Taiwan, kini memperluas operasi di Asia sesuai kebutuhan Apple mulai dari China ke India dan Asia Tenggara. Ini bisa terjadi berkat insentif seperti subsidi dan potongan pajak.

Analis menilai, kedekatan jarak antara pemasok dan produsen sangat penting bagi produktivitas Apple.

Dengan lebih dari 230 juta unit iPhone dikapalkan tiap tahun, setara 438 unit per menit, Apple sangat bergantung pada kedekatan geografis antar pemasok untuk menjaga kelancaran produski. Memindahkan semua ini ke Amerika hanya akan menambah inefisiensi.

"Ada banyak keuntungan dari penempatan bersama aktivitas dalam rantai pasokan, dalam hal kecepatan dan kualitas komunikasi serta inovasi dalam desain produk dan proses," ujar Tsay, profesor di Santa Clara's Leavey School of Business.

"Ini berarti Anda bisa mendapatkan pengiriman dengan sangat cepat, dan Anda bisa berkomunikasi dengan pemasok dengan sangat mudah. Dan ketika Anda menempatkan lautan di antara pelanggan, dalam hal ini Apple, dan pemasok komponen, maka akan ada kerugian," tambahnya.

Ekosistem elektronik ini adalah alasan mengapa memindahkan perakitan ke AS menimbulkan ketidakefisienan.

"Jika semuanya tidak dibuat dekat, maka akan menjadi rumit," kata Wamsi Mohan di Bank of America.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Nasib Investasi Kripto RI di Tengah Perang Dagang-Pajak Tinggi

Next Article Tarif Trump Ditunda, 7 Raksasa Teknologi Bangkit dari Jurang

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |