Ibas Tegaskan Indonesia Siap Jadi Mitra Dagang yang Dorong Perdamaian

9 hours ago 2

Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menegaskan Indonesia siap mengambil peran sebagai arsitek tatanan dunia baru. Bukan hanya sekadar mitra dagang, tetapi sebagai kekuatan setara yang mendorong perdamaian, kemakmuran, dan keberlanjutan global.

"Kita tahu bahwa Indonesia dan Amerika Serikat memiliki kemitraan strategis dalam hampir semua bidang. Dan saat ini, Indonesia sedang mencari keseimbangan kekuatan," ucap Ibas dalam keterangannya, Jumat (23/5/2025).

Hal ini disampaikan Ibas pada saat forum Internasional US-Indonesia Economic Security Roundtable (Global Policy and Strategy Initiative), yang digelar di Annenberg Conference Room, Stanford University, Palo Alto, Amerika Serikat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pemaparannya, Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI dan lulusan S3 IPB University ini menekankan pentingnya menyambut kebangkitan China secara positif, sebagai peluang untuk memperkuat stabilitas dan menciptakan kemakmuran bersama.

"Kebangkitan China akan membawa perdamaian, solusi, dan kemakmuran, seperti yang telah dilakukan Amerika Serikat bersama kami (Indonesia)," lanjutnya.

Ibas juga memberitahu hubungan erat antara Indonesia dan Amerika Serikat yang telah terjalin lama dalam berbagai bidang strategis.

"Dari Jakarta ke Washington, dari sawah Jawa Tengah hingga pusat data di Silicon Valley. Kita terikat tidak hanya perdagangan, kemitraan strategis, dan hubungan antar masyarakat, tetapi juga oleh rasa saling percaya," ungkapnya.

Lebih lanjut, Ibas juga menekankan konsep keamanan ekonomi hari ini tak lagi hanya soal angka, melainkan tentang narasi besar yang mencerminkan berbagai pilihan negara-negara untuk membangun kerja sama, bukan permusuhan.

"Keamanan ekonomi sekarang bukan lagi hanya soal angka, tetapi tentang narasi. Ini adalah kisah tentang negara-negara yang memilih kerja sama daripada konfrontasi. Ini adalah perjalanan dari ketergantungan menuju martabat," ujarnya.

Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua Dewan Penasehat Kadin Indonesia, Ibas turut menggarisbawahi kondisi global saat ini yang penuh fragmentasi kebijakan, terutama di kawasan Global South.

"Dan hari ini, kebijakan global sedang terfragmentasi. Seperti yang kita semua tahu, aturan sering kali dibuat oleh segelintir pihak, untuk keuntungan segelintir pihak. Di wilayah Global South, saya tahu Dr. Condoleezza Rice kurang menyukai istilah 'Global South' termasuk Asia Tenggara, tidak hanya harus menjadi bagian dari percakapan, tapi juga turut membentuknya," jelasnya.

Menurutnya, geoekonomi kini telah menjadi wajah baru dari geopolitik. Dalam kondisi tersebut, teknologi dijadikan senjata, rantai pasok dipolitisasi, dan transisi energi berlangsung tidak merata. Ibas ingin ikut membangun keseimbangan baru yang lebih adil dan inklusif.

Sebagai solusi, Ibas mengusulkan konsep Trinitas Strategis untuk keamanan, keberlanjutan, serta kemakmuran yang inklusif berkelanjutan.

"Kami memiliki rantai pasok yang tangguh; tata kelola digital yang berdaulat; diplomasi industri hijau," imbuhnya.

Ia juga mengajukan dua pertanyaan strategis yang relevan dengan masa depan tata kelola ekonomi global, mulai dari 'Bisakah merintis dan menjalankan Dana Ketahanan Bersama untuk mengatasi guncangan ekonomi, perdagangan, dan juga keberlanjutan lingkungan?'

Pertanyaan kedua yaitu 'apa peran dunia akademis, seperti Stanford, dalam melembagakan Policy Sandboxes, yakni wadah uji coba model tata kelola ekonomi baru sebelum diterapkan secara luas?'

Menutup pemaparannya, Ibas mengajak semua pihak untuk meninggalkan pola pikir kompetitif yang destruktif dan beralih ke semangat kolaboratif dalam merancang masa depan dunia yang berkelanjutan.

"Mari kita tidak berbicara sebagai pesaing. Kami membutuhkan lebih banyak investor datang ke Indonesia untuk bekerja sama dan berkolaborasi. Tetapi sebagai perancang bersama tatanan dunia yang baru. Mari kita tidak sekadar bereaksi terhadap disrupsi, tetapi merancang sistem yang adil, berkelanjutan, dan berdaulat. Indonesia siap, bukan sebagai pengamat pasif, tetapi sebagai mitra yang berprinsip dalam perdamaian, kemakmuran, dan kebijakan," pungkasnya.

(anl/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |