Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak global kembali terseret turun pada perdagangan Kamis (22/5/2025), menandai tekanan bertubi-tubi yang dihadapi pasar energi dalam beberapa pekan terakhir. Dari lonjakan pasokan hingga melemahnya permintaan jelang musim panas, harga Brent kini turun ke bawah US$65 per barel, menambah kekhawatiran bahwa pasar tengah menuju kelebihan suplai.
Berdasarkan data Refinitiv, harga minyak Brent kontrak Juli ditutup di level US$64,85 per barel, turun dari posisi sehari sebelumnya di US$64,91. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) melemah ke US$61,52 per barel, setelah sempat bergerak dalam kisaran rendah sepanjang sesi. Tekanan ini memperpanjang tren korektif yang sudah berlangsung sejak awal pekan, di mana Brent tercatat telah turun lebih dari 2,1% dalam tiga hari terakhir.
Penurunan harga dipicu oleh data stok minyak mentah Amerika Serikat yang menunjukkan kenaikan selama dua pekan berturut-turut. Lonjakan ini beriringan dengan menurunnya indikator permintaan untuk bensin dan produk sulingan, bahkan ketika musim mengemudi musim panas di AS biasanya masa puncak konsumsi semakin dekat. Situasi ini memunculkan kekhawatiran bahwa kelebihan pasokan bisa bertahan lebih lama dari yang diperkirakan pelaku pasar.
Tak hanya itu, ekspektasi pasar juga dibayangi oleh langkah OPEC+ yang secara perlahan mulai mengembalikan pasokan ke pasar. Kembalinya barel-barel minyak ini memperkuat sentimen bearish, apalagi di tengah prospek permintaan global yang tidak terlalu solid. Meskipun pasar sebelumnya sempat memantul karena ketegangan geopolitik, kenyataannya data fisik pasokan tampak jauh lebih menekan.
Di sisi lain, perundingan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran yang masih buntu, serta belum adanya terobosan berarti dalam upaya damai Rusia-Ukraina, turut menyumbang ketidakpastian. Jika salah satu dari dua isu ini mencair, pasar bisa kembali dibanjiri pasokan baru dari kedua negara tersebut sesuatu yang justru semakin menguatkan risiko oversupply dalam waktu dekat.
Analis pasar memperkirakan bahwa jika tidak ada kejutan positif dari sisi permintaan, harga minyak bisa terus melemah hingga mendekati level support psikologis US$60 per barel untuk WTI, dan US$64 per barel untuk Brent. Pasar akan menanti data mingguan EIA selanjutnya, serta keputusan OPEC+ pada bulan depan terkait kuota produksi lanjutan.
CNBC Indonesia
(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak
Next Article Harga Minyak Melemah, Pasar Tunggu Perkembangan Perang Rusia-Ukraina