Jakarta, CNBC Indonesia - Stok beras di gudang Perum Bulog saat ini hampir menyentuh angka 4 juta ton, angka tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyampaikan, per 28 Mei 2025, jumlah stok beras yang dimiliki Bulog tercatat 3,964 juta ton dan diperkirakan akan menembus 4 juta ton dalam dua hari ke depan.
"Per hari ini 3,964 juta ton. Nah kalau kita ini kan menyerap gabah, kemudian kita giling jadi beras kan, satu harinya rata-rata di 20 ribu ton. Jadi prediksi kita 2 hari lagi, 2 hari lagi 4 juta ton. Tertinggi sepanjang sejarah Republik Indonesia," ujar Sudaryono saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Menurutnya, serapan gabah oleh Bulog masih akan terus bertambah meski masa panen raya sudah mulai menurun. Ia memperkirakan hingga akhir Mei 2025, stok bisa mencapai lebih dari 4 juta ton. "Sehingga kalau sampai tanggal 31 Mei, sekarang tanggal 28 Mei, ya mungkin 4 juta 40 ribuan ton lah sampai akhir Mei," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Sudaryono juga meluruskan pemahaman mengenai peran Bulog dalam menyerap gabah. Ia menekankan, Bulog bukan satu-satunya pembeli atau pihak yang menyerap gabah petani, melainkan hanya mengambil sebagian kecil dari total panen nasional.
"Bulog ini hanya membeli 10%, maksimal 15% dari total panen negara kita ini ya," kata dia.
Dari angka tersebut, jika Bulog sudah menyerap lebih dari 2,5 juta ton gabah setara beras, itu berarti produksi nasional sudah menembus angka 25 juta ton. "Karena kita ngambil 10 persennya itu," tambahnya.
Bulog, lanjut Sudaryono, berperan sebagai penyerap kelebihan produksi agar harga tidak anjlok saat panen melimpah. "Hukum ekonomi, kalau suplainya banyak dari demand, maka harganya pasti jatuh. Nah supaya nggak jatuh, kelebihannya dibeli sama Bulog," terang dia.
Harga Gabah
Sementara soal harga, pemerintah menetapkan batas bawah pembelian gabah di Rp6.500 per kilogram (kg). Namun, jika ada pedagang atau swasta yang ingin membeli lebih tinggi dari itu, diperbolehkan.
"Kalau misalnya kualitas bagus nih, ada banyak juga yang di atas Rp6.500 banyak. Di Sumatra Barat itu sudah hampir Rp7.000-an. Di banyak tempat Rp6.000-an. Di Grobogan kemarin saya pulang kampung Rp6.700-Rp6.800 per kg," kata Sudaryono.
Ia menegaskan, harga Rp6.500 er kg gabah adalah jaminan negara agar petani tetap sejahtera, bukan harga mutlak yang membatasi transaksi di atasnya.
"Pedagang boleh membeli lebih dari Rp6.500 per kg. Jadi Rp6.500 itu adalah jaminan negara ingin petani yang menanam padi itu sejahtera," ujarnya.
Terkait isu harga gabah yang masih ada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP), Sudaryono mengakui masih ada beberapa titik yang mengalami hal itu, terutama di daerah terpencil.
"Kita tidak mau juga pemerintah ngeles, 'oh itu kan spot yang sulit'. Enggak. Di mana tempat jauh, di mana swasta tidak bisa ambil, di mana di situ pedagang tidak bisa ambil, maka kita ingin Bulog hadir untuk mengambil," tegasnya.
Menurut Sudaryono, kehadiran Bulog sangat krusial sebagai "troubleshooter" atau pemecah masalah.
"Intinya Bulog itu troubleshooter. Memastikan bahwa cadangan beras negara aman. Yang kedua, menstabilkan harga. Dan ketiga, membeli dengan harga yang ditentukan oleh negara. Sehingga petaninya sehat," tutupnya.
Foto: Perkembangan serapan gabah/ beras oleh Bulog, sumber: Bahan Paparan Kadiv Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Rini Andrida dalam Rapat Koordinasi Inflasi Tahun 2025, Senin (26/5/2025). (YouTube/Kemendagri)
Perkembangan serapan gabah/ beras oleh Bulog, sumber: Bahan Paparan Kadiv Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Rini Andrida dalam Rapat Koordinasi Inflasi Tahun 2025, Senin (26/5/2025). (YouTube/Kemendagri)
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: BULOG Simpan 3,7 Juta Ton Beras, Melampaui Era Soeharto
Next Article Jelang HPP Gabah Naik, Segini Harga Beras di Pasar Induk-Toko Eceran