Waka Komisi V DPR Soroti Evakuasi Juliana Marins: Kenapa Tak Bisa Segera?

5 hours ago 1

Jakarta -

Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syaiful Huda, menyampaikan keprihatinan atas meninggalnya pendaki asal Brasil, JDSP (27), setelah terjatuh di Gunung Rinjani. Huda menyinggung soal kesiapan tim SAR negara maju.

"Kami tentu menyampaikan keprihatinan mendalam atas meninggalnya pendaki asal Brasil Juliana Marins, yang terjatuh ke jurang Gunung Rinjani," kata Huda kepada wartawan, Rabu (25/6/2025).

Juliana diketahui terjatuh pada Sabtu (21/6) dan ditemukan dalam kondisi tewas pada Selasa (24/6) malam. Huda mengatakan Badan SAR telah melakukan tindakan maksimal di tengah situasi yang geografis yang curam dan kabut tebal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berdasarkan keterangan resmi dari pemerintah, upaya penyelamatan telah berjalan maksimal. Pihak Basarnas dan pengelola Rinjani menyampaikan, sesaat setelah mendapatkan laporan, pada Sabtu pagi telah menurunkan tim evakuasi. Namun, saat tim turun di titik lokasi Juliana Marins jatuh di kedalaman 200 meter, tim tidak menemukan korban," ujar Huda.

"Diperkirakan korban terperosok ke titik lebih dalam. Kelanjutan upaya pencarian terkendala kondisi geografis yang curam dan kabut tebal. Proses pencarian baru berhasil pada Selasa (24/6) yang dilanjutkan dengan proses evakuasi," tambahnya.

Huda menilai wajar respons netizen, terutama warga Brasil yang kecewa lantaran kondisi korban pertama kali setelah terjatuh masih relatif baik. Huda mengatakan Komisi V DPR akan meminta keterangan kepada Basarnas terkait proses evakuasi yang memerlukan waktu.

"Kami menilai respons netizen wajar saja disampaikan mengingat kondisi korban yang relatif baik sesaat setelah jatuh ke jurang. Andaikan proses penyelamatan bisa dilakukan lebih cepat maka peluang hidup korban akan lebih tinggi," kata Huda.

"Maka kami akan meminta keterangan dari Basarnas terkait mekanisme penyelamat korban kenapa tidak bisa segera dilakukan. Apakah ada kendala dalam rantai pengambilan keputusan, apakah karena ada keterbatasan sumber daya manusianya, apakah ada keterbatasan peralatan dan sarana pendukung lainnya, apakah karena faktor cuaca buruk dan kondisi medan, ini perlu diperjelas," tambahnya.

Huda mengatakan Badan SAR di negara maju kerap dianggap sebagai indikator utama kesigapan negara dalam melindungi rakyatnya. Ia mengatakan Badan SAR sebagai wajah dari suatu negara di komunitas internasional.

"Keberadaan Badan SAR di berbagai negara maju menjadi salah satu indikator utama kesigapan negara dalam melindungi rakyatnya. Maka mereka benar-benar dipersiapkan secara serius baik dari sisi anggaran, kesiapan peralatan hingga seleksi ketat para personelnya," kata dia.

Ia menyoroti anggaran untuk Badan SAR RI yang minim di angka Rp 1,01 triliun. Huda ingin mendalami apakah anggaran itu berdampak besar terhadap upaya kualitas pencarian bagi setiap korban.

"Badan SAR kita anggarannya relatif terbatas yakni sekitar Rp1,01 triliun. Nah apakah keterbatasan dana ini berimbas pada kualitas pencarian dan penyelamatan ini yang perlu ditelusuri lebih lanjut. Meskipun selama ini kami menilai Basarnas telah berjuang maksimal dalam setiap operasi mereka di tengah keterbatasan yang ada," imbuhnya.

Diketahui, pendaki asal Brasil, JDSP (27), yang terjatuh di Gunung Rinjani ditemukan oleh tim SAR gabungan sudah dalam keadaan meninggal dunia pada Selasa (24/6). Jasad JDSP ditemukan di kedalaman sekitar 600 meter.

Kepala Kantor SAR Mataram Muhamad Hariyadi mengatakan salah satu personel berhasil mencapai lokasi korban di jurang pada Selasa (24/6), sekitar pukul 18.00 Wita, di Datum Point.

"Setelah pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan pada korban," kata Hariyadi, dilansir Antara, Rabu (25/6).

Simak Video 'Juliana Marins Tewas di Rinjani, Peralatan Tim SAR Mataram Disorot':

[Gambas:Video 20detik]

Saksikan Live DetikSore:

(dwr/maa)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |