Saham Properti Kompak Bangkit Hari Ini, Ada Sinyal Suku Bunga Turun?

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham properti kompak bangkit pada perdagangan Rabu hari ini (21/5/2025) jelang pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Sampai perdagangan siang ini pukul 11.15 WIB, saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) bergerak paling kuat hingga 4,06%, kemudian disusul PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) sebesar 5% dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) 3,70% dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) naik moderat 1,5%.

Pergerakan saham properti yang moncer jelang pengumuman BI Rate ini menunjukkan ada harapan penurunan suku bunga.

Sektor properti terbilang sangat menantikan cut rate dengan harapan secara bertahap akan mengakselerasi permintaan perumahan yang mayoritas datang dari pembiayaan KPR. Tak hanya itu, penurunan suku bunga potensi meningkatkan daya beli masyarakat, dari yang sebelumnya cicilan-nya naik di era suku bunga tinggi.

Terutama di kalangan menengah, ketika daya beli nya meningkat. Ada harapan bisa meningkatkan pangsa pasar properti di segmen ini. Hal ini seiring juga dengan harga properti di bawah harga Rp5 miliar masih mendapatkan insentif sampai dengan akhir tahun ini.

Membahas soal potensi penurunan suku bunga, konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 20 lembaga/institusi secara labil memberikan proyeksi bahwa 50% BI akan menahan suku bunganya di level 5,75%. Sedangkan sisanya atau sebanyak 10 institusi memperkirakan bahwa BI akan menurunkan suku bunganya ke 5,50%.

Sebelumnya, BI rate ditahan pada April 2025 di level 5,75%. Hal ini sesuai dengan proyeksi dari berbagai lembaga/institusi.

Kepala ekonom Bank Maybank Indonesia, Juniman, mengatakan perkiraannya bahwa BI akan menurunkan suku bunga di bulan ini karena rupiah yang relatif terjaga dan cenderung menguat.

Selain itu, pelonggaran suku bunga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi domestik yang saat ini mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat dari 5,02% (yoy) pada kuartal IV 2024 menjadi 4,87% pada kuartal I 2025.

"Di sisi lain, langkah penurunan suku bunga ini juga sejalan dengan tekanan inflasi yang masih tergolong rendah. Inflasi Indonesia tercatat hanya sebesar 1,95% (yoy) pada April 2025, mencerminkan ruang yang cukup bagi Bank Indonesia untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter guna mendorong aktivitas ekonomi tanpa menimbulkan risiko tekanan harga yang berlebihan," ujar Juniman.

Senada dengan Juniman, Kepala ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengungkapkan selain faktor internal (rupiah menguat, pertumbuhan ekonomi yang melambat, serta inflasi yang tetap terkendali), faktor eksternal yang membaik juga mendorong BI berpeluang menurunkan suku bunganya.

"Termasuk pelonggaran ketegangan perdagangan AS-China dan potensi penurunan suku bunga The Fed, mendorong sentimen positif di pasar keuangan global. Hal ini turut mendorong aliran modal asing masuk ke pasar Indonesia, tercermin dari penguatan nilai tukar rupiah sebesar 0,98% mtd per 16 Mei 2025," kata Josua.

Optimisme ini juga diungkapkan oleh Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega, Ralph Birger Poetiray, menyampaikan kondisi rupiah yang menguat sehingga tidak ada alasan BI melihat rupiah tertekan.

"Jadi stance saya melihat situasi ini tepat untuk BI menurunkan sukubunga25bps," pangkas Birger.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut. 

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |