RI Diramal Kembali Alami Deflasi, Berita Baik atau Buruk?

1 day ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan turun atau mengalami deflasi pada Mei 2025. IIHK turun karena melandainya harga sejumlah bahan pangan, tiket transportasi, hingga bahan bakar minyak (BBM).

Badan Pusat akan mengumumkan data IHK Mei 2025 pada Senin (2/6/2025).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 institusi memperkirakan IHK secara bulanan (month to month/mtm) diproyeksi turun atau mengalami deflasi sebesar 0,1%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), IHSK masih diproyeksi naik atau mengalami inflasi sebesar 1,89%.

Sebagai catatan, inflasi April 2025 tercatat 1,17% (mtm) dan 1,95% (yoy).

Konsensus CNBC Indonesia juga memperkirakan inflasi inti pada Mei 2025 akan berada di 2,5% (yoy), atau stagnan dibandingkan April 2025.

Jika IHK kembali terjadi deflasi maka ini akan menjadi deflasi ketiga sepanjang tahun ini setelah Januari (-0,76%) dan Februari (-0,48%). Secara historis, IHK pada Mei dalam lima tahun terakhir mengalami inflasi 0,17% (mtm).
Deflasi ini bisa menjadi kabar buruk ataupun baik. Deflasi pada Mei bisa disebabkan oleh turunnya harga-harga pangan serta hilangnya efek lonjakan pembayaran tarif listrik setelah diskon 50%.


Namun, deflasi juga bisa menjadi kabar buruk karena bisa mencerminkan pelemahan daya beli. Terlebih, Indonesia sudah kerap mencatatkan deflasi pada tahun ini.
Melandainya harga barang bisa dipicu oleh melemahnya permintaan bukan lagi karena harga kembali normal atau pasokan yang mencukupi.

Kepala ekonom Bank Maybank Indonesia, Juniman, mengatakan deflasi pada Mei terutama dipicu oleh penurunan harga bahan makanan seperti minyak goreng, gula, daging sapi, daging ayam, telur, cabai, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih.

Selain itu, sejalan dengan penurunan harga minyak global, harga BBM non-subsidi juga mengalami penurunan. Di sisi lain, kenaikan harga masih terjadi pada rokok, rokok filter, perhiasan emas, serta tarif listrik yang kembali ke level normal.

Senada, kepala ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menjelaskan deflasi didorong oleh penurunan harga pangan, khususnya cabai, akibat pasokan yang melimpah pasca panen serta normalisasi harga setelah periode Lebaran.

Sebagai catatan, Hari Raya Idul Fitri jatuh pada akhir Maret 2025. Secara historis, harga barang memang akan banyak mengalami penurunan pasca lebaran karena melandainnya permintaan.
Tak hanya harga barang, harga jasa juga turun termasuk transportasi umum, seperti tiket pesawat.

Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan harga bahan pangan mayoritas turun di Mei.
Harga daging ayam turun dan rata-ratanya menjadi Rp 35.450/kg. Harga telur ayam juga turun 0,27% menjadi Rp 29.847/kg semnatar harga minyak goreng melanda 2,21% dan harga cabai rawit juga lebih murah 0,26%.

Sementara itu, Badan Usaha Penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU kompak menurunkan harga produk BBM-nya, mulai 1 Mei 2025 ini. Diantara yang menurunkan harga adalah PT Pertamina (Persero), Shell Indonesia, BP-AKR dan juga Vivo Energy Indonesia.

Sebagai contohnya untuk harga BBM non subsidi di wilayah DKI Jakarta. Misalnya, harga BBM Pertamax atau RON 92 turun menjadi Rp 12.400 per liter dari yang sebelumnya Rp 12.500 per liter. Tak cuma Pertamax, harga Pertamax Turbo juga turun menjadi Rp 13.300 per liter dari sebelumnya Rp 13.500 per liter.

Adapun untuk Pertamax Green atau RON 95 menjadi Rp 13.150 dari yang sebelumnya Rp 13.250 per liter pada April 2025.

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |