PHK di Mana-mana Hantam Warga RI, Pakar Ungkap Alasan Sebenarnya

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih menjadi momok di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sejak era pandemi Covid-19, fenomena mengerikan ini belum juga mereda.

Di awal 2025, sejumlah perusahaan kembali mengumumkan PHK besar-besaran. Sebanyak 3 juta pekerja di industri tekstil terancam kehilangan pekerjaan dan 70% pengusaha hotel serta restoran Jakarta mengatakan berencana melakukan PHK.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda menjelaskan adanya faktor daya beli dan permintaan yang berkurang. Saat permintaan berkurang maka akan berdampak pada produksi juga.

"Permintaan barang industri manufaktur yang berkurang menyebabkan berkurangnya produksi," kata Nailul kepada CNBC Indonesia, beberapa saat lalu.

Mengutip data S&P, angka Purchasing Managers Indonesia (PMI) di Indonesia memang menurun tajam. Dari sebelumnya 52,4 pada Maret 2025 merosot ke bawah 50, yakni angka 46,7 pada April dan Mei sebesar 47,4.

Angka PMI di bawah 50, dia menjelaskan menjadi pertanda kinerja industri manufaktur memburuk karena tidak ada ekspansi. Penyebabnya bisa dikarenakan tidak ada tambahan produksi industri manufaktur untuk dalam negeri.

"Dampak yang bisa terjadi ke depan adalah utilitas industri manufaktur akan semakin menurun. Bahkan untuk industri tekstil dan produk tekstil, utilitas industri bisa menurun hingga di bawah 50%," jelasnya.

Hal ini, dia menambahkan bisa membuat PHK meningkat tajam, bahkan akan ada pelemahan industri mencapai 1,2 juta orang. Penyebabnya dari perang tarif Amerika Serikat dan pelemahan permintaan domestik akibat daya beli yang belum membaik.

"Pertama dari perang tarif AS yang mengakibatkan penurunan permintaan produk secara global, termasuk dari Indonesia. Akibatnya produksi dalam negeri akan berkurang. Potensi PHK akan meningkat," kata Nailul.

"Kedua, pelemahan permintaan domestik yang disebabkan oleh daya beli yang belum membaik. Daya beli masih sangat terbatas untuk di masyarakat kelas menengah ke bawah," dia menambahkan.

Perkembangan AI dan PHK

Perkembangan AI yang masif disebut beberapa pihak akan berdampak pada pekerjaan yang sebelumnya mengandalkan tenaga manusia. Yakni mereka bisa kehilangan pekerjaan karena teknologi tersebut.

Saat ditanya apakah PHK besar-besaran di Indonesia akibat PHK, Nailul mengatakan ada pengaruhnya. Namun ini berpengaruh pada sektor jasa seperti keuangan.

"Ada pengaruh tren PHK dari penggunaan AI ataupun penggunaan teknologi, namun menurut saya tidak signifikan pengaruhnya. Mungkin kedua faktor tersebut signifikan pengaruhnya untuk bidang jasa seperti keuangan dan sebagainya," ucapnya.

Nailul juga menjelaskan tidak ada pekerjaan yang aman dari badai PHK. Begitu juga terkait skill, tidak ada skill khusus yang bisa membuat seseorang bisa bertanda dari kondisi ini.

Tak terkecuali sektor teknologi pun terdampak badai ini. Skill teknologi yang sebelumnya dikatakan paling dibutuhkan juga terkena PHK.

"Saya melihat tidak skill khusus yang harus dimiliki. Pure ini badai PHK bisa terjadi di sektor mana pun. Skill teknologi (katanya dibutuhkan) pun tidak lepas dari PHK di beberapa perusahaan digital," jelas Nailul.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Gaji Makin Kecil, PHK Massal Mengintai Gara-gara Ini

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |