Perusahaan Tambang RI Ini Sukses Produksi Nikel dari Energi Bersih

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu perusahaan tambang di Indonesia ternyata ada yang menggunakan energi berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai sumber energi untuk mengoperasikan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel.

Perusahaan tambang di RI tersebut yaitu PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Vale sukses mengoperasikan fasilitas smelter nikelnya dengan menggunakan sumber energi bersih dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Plt Presiden Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, dengan menggunakan PLTA, maka pihaknya bisa menekan emisi karbon dari sisi operasional smelter nikel.

"Tentang karbon emisi, PT Vale adalah pionir juga di dalam downstreaming atau hilirisasi nikel dengan berbasis energy bersih," ungkapnya kepada CNBC Indonesia di Sorowako, Sulawesi Selatan, dikutip Jumat (20/6/2025).

"Karena kami mengoperasikan tiga PLTA, memproduksi 365 MW listrik, dan 100% proses smelting kami, proses smelting, proses peleburan itu menggunakan energi dari PLTA," ujarnya.

Adapun, tiga PLTA yang digunakan untuk mengoperasikan smelter nikel berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) di Sorowako, Sulawesi Selatan, tersebut antara lain:

  • PLTA Larona berkapasitas 3 x 68 Mega Watt (MW)
  • PLTA Balambano berkapasitas 2 x 68,5 MW
  • PLTA Karebbe berkapasitas 2 x 65 MW.

Berdasarkan laporan keberlanjutan perusahaan 2024, ketiga PLTA ini menghasilkan energi bersih yang mencakup 28,11% dari total kebutuhan energi Vale. Tidak hanya memenuhi kebutuhan internal, PLTA tersebut juga menghibahkan 10,7 MW listrik untuk wilayah Luwu Timur, berkontribusi sebagai komitmen yang kuat atas peningkatan energi bersih bagi masyarakat sekitar.

"Dan itu membuat pabrik kami di Sorowako itu menjadi pabrik RKEF dengan carbon intensity terendah, carbon emisi intensity terendah di Indonesia," imbuhnya.

Ia menegaskan, pihaknya ingin mengurangi permasalahan dunia dalam hal krisis iklim dengan cara pendekatan yang tidak menciptakan krisis baru atau meminimalkan dampak.

"Dan bahkan kalau bisa kami berdampak lebih positif kepada lingkungan dan juga kepada masyarakat," tandasnya.

Ia mengaku, saat ini bisnis tambang tengah menjadi sorotan dan dikaitkan dengan perubahan iklim. Namun, Vale berupaya menepis anggapan miring dengan memperbaiki lahan pasca eksplorasi dengan kembali menanam pohon.

"Jadi ada beberapa elemen yang kami tegaskan, kami perhatikan, komitmen kami tidak pernah berubah. Contohnya misalkan dalam hal rehabilitasi lahan, kami sudah merehabilitasi lahan di dalam dan di luar konsesi hampir tiga kali lipat apa yang sudah kami buka selama 50 tahun lebih beroperasi," ungkapnya.

Selanjutnya, pihaknya juga menerapkan progresif reklamasi. Artinya, Vale telah berusaha meminimalkan footprint penambangan dan berusaha merehabilitasi secepat mungkin ketika menyelesaikan proses penambangan di satu fase.

Selain itu, terkait sorotan bisnis tambang yang merusak kualitas perairan juga ditepis oleh Vale. Vale berhasil membuktikan kualitas air di sekitar danau tetap terjaga.

"Pengoperasian di dekat tiga sistem danau, Danau Matano, Danau Toguti, Danau Mahalona, yang paling dekat mungkin Danau Matano, Danau Purba.Dan selama 50 tahun lebih beroperasi kualitas air Danau Matano itu luar biasa masih terjaga," sebutnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Vale Indonesia (INCO) Akan Rampungkan 3 Pabrik Nikel Baru

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |