Minimalisir Banjir, Pemkab Sidoarjo Genjot Normalisasi Sungai

5 hours ago 1

Sidoarjo -

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo terus menggenjot normalisasi sungai sebagai upaya menekan risiko banjir yang kerap melanda wilayah Kecamatan Tanggulangin dan Kecamatan Candi. Upaya tersebut dilakukan melalui pengerukan sungai serta pembersihan tanaman liar yang menyebabkan pendangkalan.

Bupati Sidoarjo Subandi mengatakan, saat musim hujan tiba, banyak aliran sungai yang mengalami pendangkalan dan tertutup tumbuhan seperti eceng gondok dan kangkung. Ia memastikan pengerjaan normalisasi terus dikebut.

"Kami bersama Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPUBMSDA) melakukan sidak, dan kami lihat banyak pendangkalan serta tumbuhan liar di kanan kiri sungai. Hari ini sudah kami kerjakan pengerukan sepanjang 2,5 kilometer. Sampai Juli ditargetkan 3,8 kilometer," kata Subandi, usai melakukan sidak Jumat (20/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Subandi menegaskan, normalisasi difokuskan di wilayah yang selama ini menjadi langganan banjir, seperti Tanggulangin, Candi, hingga Porong. Ia juga menyebut akan dibangun DAM di wilayah Kedungpeluk sebagai bagian dari pengendalian banjir.

"Pemenang proyek sudah ada, tinggal pelaksanaan. Kami terus kontrol biar sungainya bersih. Kalau anggaran kurang, nanti akan kami siapkan lewat PAK (Perubahan Anggaran Keuangan)," ujarnya.

Subandi menambahkan, Pemprov Jawa Timur juga turut membantu dengan kucuran dana sebesar Rp 37 miliar. Ia berharap, banjir yang selama ini melanda wilayah tersebut tidak terulang di tahun-tahun mendatang.

Sementara itu, Kepala DPUBMSDA Sidoarjo Dwi Eko Saptono mengatakan, sidak bupati dilakukan di aliran sungai Mbahkepuh mulai dari Ngaban hingga Kedungpeluk. Panjang total sungai mencapai enam kilometer.

"Untuk tahap awal kami fokus normalisasi sepanjang dua kilometer dari Ngaban hingga Balonggabus. Ini akan dikerjakan dalam dua minggu ke depan. Setelah itu, pada Juli akan dilanjutkan pekerjaan kontraktual sepanjang 3,8 kilometer dari Balonggabus ke jembatan Kedungpeluk," jelas Dwi Eko.

Menurut dia, selain pengerukan, pekerjaan juga meliputi pembersihan tumbuhan liar yang menyumbat aliran air. Dwi Eko menambahkan, banjir yang sempat menggenangi Jalan Raya Porong lebih disebabkan oleh kontur tanah yang landai dan intensitas hujan ekstrem.

"Curah hujan yang tercatat kemarin mencapai 114 mm hanya dalam tiga jam. Itu sudah termasuk kategori ekstrem. Lokasinya memang tanahnya rendah, tapi sudah disiapkan dua pompa oleh pemerintah pusat, masing-masing di Ketapang dan Siring," ujar Dwi Eko.

Ia menjelaskan, sungai-sungai besar di Sidoarjo merupakan kewenangan pemerintah pusat. Namun, pihaknya tetap melakukan pendampingan teknis, seperti pembersihan dan pengangkatan tanaman liar.

"Wilayah Sidokepuh ini alirannya langsung ke laut, jadi kewenangannya ada di balai pusat. Tapi kami tetap bantu secara operasional karena dampaknya banjir di wilayah kami," tuturnya.

Dwi Eko menegaskan, kapasitas sungai di Sidoarjo saat ini masih mampu menampung curah hujan hingga 70 mm. Namun jika lebih dari itu, air akan meluber ke permukiman dan jalan raya.

"Kita kendalikan dari pesisir Mengare, dan kita pastikan kapasitas sungai di kawasan padat seperti Tanggulangin dan Candi bisa optimal saat musim hujan," pungkasnya.

(ega/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |