Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur China kembali mengalami kontraksi untuk bulan ketiga berturut-turut pada Juni. Data tersebut menunjukkan tekanan berkelanjutan dari deflasi, perang harga, dan melemahnya permintaan global.
Data resmi Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis Senin (30/6/2025) menunjukkan indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur naik tipis ke 49,7 dari 49,5 pada Mei, di mana ini masih di bawah ambang batas 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi. Angka tersebut sesuai dengan prediksi konsensus dalam survei Reuters.
"Produksi dan pesanan baru memang menunjukkan perbaikan, tetapi tekanan terhadap inventaris dan lapangan kerja masih signifikan," ujar Qinghe Zhao, ahli statistik senior NBS, seperti dikutip CNBC International.
Subindeks produksi naik ke 51, sementara pesanan baru meningkat ke 50,2. Namun, indeks inventaris dan ketenagakerjaan turun ke 48 dan 47,9.
Sektor manufaktur China terpukul oleh kelebihan pasokan, lemahnya konsumsi domestik, dan tarif tinggi dari AS. Ekspor China ke AS anjlok 34,5% pada Mei dibanding tahun lalu, setelah sebelumnya turun lebih dari 21% pada April. Sejumlah tarif sempat diberlakukan secara tiba-tiba sebelum dicabut kembali pertengahan Mei.
Harga konsumen di China terus berada dalam tekanan deflasi, turun 0,1% pada Mei secara tahunan. Indeks harga produsen mengalami penurunan terdalam sejak Juli 2023, memperburuk tekanan di sektor industri. Keuntungan perusahaan industri jatuh 9,1% pada Mei, penurunan tertajam dalam tujuh bulan terakhir.
Meski demikian, PMI nonmanufaktur yang mencakup sektor jasa dan konstruksi, naik tipis menjadi 50,5 dari 50,3 pada Mei. Data ini menunjukkan stabilisasi di luar sektor industri.
Dalam forum ekonomi di Tianjin pekan lalu, Perdana Menteri Li Qiang mengatakan China sedang "meningkatkan upaya untuk memperluas permintaan domestik" dan menargetkan menjadi "pusat konsumsi global".
Di tengah tekanan eksternal, China dan Amerika Serikat dilaporkan telah mencapai kesepakatan awal mengenai detail kerangka kerja perdagangan. Beijing akan menyetujui aplikasi ekspor barang-barang tertentu yang dikendalikan, sementara Washington akan mencabut sejumlah pembatasan.
Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Perdagangan China menegaskan tidak akan menerima kesepakatan perdagangan apa pun antara AS dan negara ketiga yang merugikan kepentingan nasional China. "Jika itu terjadi, kami akan mengambil tindakan tegas untuk melindungi hak dan kepentingan sah kami," tegas mereka.
Sementara itu, survei terpisah dari Caixin dan S&P Global yang akan dirilis Selasa diperkirakan menunjukkan PMI manufaktur swasta sedikit membaik menjadi 49 dari 48,3 pada bulan sebelumnya, menurut jajak pendapat Reuters.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Buruk, Xi Jinping Beberkan Situasi Ekonomi China