Jakarta, CNBC Indonesia - Raja chip asal Amerika Serikat (AS), Nvidia, menghadapi cobaan berat pada tahun ini. Setelah beberapa kali mencetak rekor pendapatan dan kenaikan saham gila-gilaan, kejayaan Nvidia mulai menunjukkan tanda-tanda tumbang.
Sepanjang tahun ini, saham Nvidia sudah turun lebih dari 2%. Perusahaan yang didirikan Jensen Huang itu akan melaporkan kinerja perusahaan pada Rabu (28/5/2025) waktu setempat.
Para analis mengestimasikan pertumbuhan yang merosot akibat gempuran blokir dari pemerintahan Donald Trump. Bulan lalu, Trump kembali memperketat aturan ekspor chip AS ke China dan melarang Nvidia mengirip chip H20 ke Negeri Tirai Bambu.
Padahal, chip H20 dirancang khusus oleh Nvidia untuk melayani pasar China, setelah pemerintahan Joe Biden melarang pengiriman chip canggih ke negara 'musuh' AS.
Banyak raksasa teknologi China yang memesan chip H20 untuk mengembangkan sistem AI. Huang beberapa saat lalu mengatakan pemblokiran terbaru dari Trump membuat perusahaan harus membayar biaya tambahan US$5,5 miliar.
Huang beberapa kali menekankan kerugian besar AS jika melepas pasar China. Pasalnya, pemblokiran hanya akan memperkuat kemandirian China untuk mengembangkan chip sendiri.
Selain itu, Huang membeberkan bahwa pasar chip AI di China akan menembus US$50 miliar pada tahun depan. Bahkan, ia menyebut Nvidia kehilangan potensi penjualan US$15 miliar gara-gara pemblokiran terbaru.
Sebagai informasi, China berkontribusi terhadap 13% pendapatan Nvidia pada tahun lalu. Padahal, sepanjang tahun lalu, Nvidia hanya bisa menjual satu tipe chip yakni H20.
"Pertanyaan utama seputar masa depan Nvidia adalah apakah perusahaan dapat meningkatkan penjualan cukup untuk mengimbangi kerugian bisnis H20 atau China," kata analis Wedbush menjelang laporan kinerja Nvidia, dikutip dari Reuters, Rabu (28/5/2025).
Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan berencana untuk meluncurkan chipset AI baru untuk China berdasarkan arsitektur Blackwell generasi terbaru Nvidia. Namun, Nvidia mengatakan akan merancang chip yang benar-benar baru untuk China dan lebih rendah daripada H20.
"China kemungkinan akan jadi faktor penentu terbesar untuk kinerja kuartalan Nvidia," kata analis D.A Davidson, Gil Luria.
Perusahaan diharapkan melaporkan bahwa pendapatan kuartal pertama (Q1) yang melonjak 66,2% menjadi US$43,28 miliar, menurut data yang dikumpulkan oleh LSEG.
Analis Susquehanna memperkirakan pembatasan AS berdampak pada 3 minggu terakhir kuartal April, yang menyebabkan Nvidia kehilangan penjualan sekitar US$1 miliar. Untuk sisa tahun ini, pendapatan yang hilang dapat mencapai US$4,5 miliar per kuartal, kata mereka.
Wedbush memperkirakan kerugian kuartalan sebesar US$3 miliar hingga US$4 miliar. Margin kotor yang disesuaikan diperkirakan turun lebih dari 11 poin persentase menjadi 67,7%. Penurunan nilai yang terkait dengan pengiriman H20 dapat mengakibatkan kerugian margin kotor hingga 12,5%, kata Wedbush.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Gak Cuma Saol Harga Murah, Begini Persaingan Pasar Smart TV RI
Next Article Dalam Sehari, Harta Pemilik NVIDIA Lenyap Rp 340,2 Triliun!