Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia meroket dalam sepekan terakhir dan memperpanjang reli tajam hingga penutupan perdagangan Senin (17/6/2025). Ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran menjadi pemicu utama lonjakan harga, menciptakan kekhawatiran serius terhadap pasokan energi global.
Mengacu data Refinitiv, harga minyak jenis Brent kontrak Agustus berada di level US$74,94 per barel pada Senin (17/6/2025) WIB, naik 0,96% dari posisi akhir pekan lalu. Sementara itu, minyak WTI kontrak Juli menguat 1,12% ke US$73,80 per barel.
Lonjakan harga minyak dipicu oleh serangan Israel ke infrastruktur energi milik Iran di akhir pekan lalu. Dua fasilitas pemrosesan gas di ladang raksasa South Pars dihantam drone, memaksa penutupan platform produksi. Ladang ini dikenal sebagai salah satu sumber gas alam terbesar dunia.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal ke kilang minyak Israel di Haifa. Ketegangan terus memanas dengan pernyataan provokatif dari kedua belah pihak.
Kekhawatiran terbesar kini tertuju pada Selat Hormuz - jalur vital pengiriman hampir 20% minyak dunia. Iran dilaporkan mempertimbangkan opsi untuk menutup selat tersebut, sebuah langkah yang akan langsung mendorong harga ke level ekstrem.
Reli tajam ini dimulai sejak Jumat (13/6/2025), saat harga Brent dan WTI melonjak lebih dari 7% akibat serangan Israel ke fasilitas nuklir dan militer Iran. Lonjakan tersebut menjadi kenaikan mingguan tertinggi sejak pertengahan 2023.
Analis memperkirakan harga akan tetap berada dalam tren bullish selama konflik belum mereda. Namun volatilitas tinggi tetap menjadi risiko utama. Pasar opsi menunjukkan kecenderungan bullish dengan volume perdagangan meningkat signifikan, mencerminkan posisi spekulatif atas risiko pasokan.
CNBC Indonesia
(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tarif Trump Naik, Harga Minyak Stabil di Tengah Ancaman Perang Dagang