Harga Batu bara Kembali Naik, Dunia Ketahuan Munafik?

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya bangkit setelah ambruk tiga hari beruntun.

Merujuk Refintiv, harga batu bara pada perdagangan Kamis (17/7/2025) ditutup di posisi US$ 112,1 per ton. Harganya menguat 0,54%. Penguatan ini memutus tren negatif batu bara yang turun 3,12% dalam tiga hari beruntun sebelumnya.

Penguatan batu bara tak bisa lepas dari aksi bargain buying setelah melemah serta beragamnya laporan positif mengenai proyeksi batu bara ke depan.

Dikutip dari Shanghai Metal Market (SMM), sejak bulan Juli, suhu tinggi telah melanda sebagian besar wilayah negara, mendorong konsumsi listrik ke rekor tertinggi.

Selain itu, seiring meningkatnya konsumsi energi seperti listrik dan air, gelombang panas yang berkepanjangan secara tak terhindarkan turut meningkatkan biaya tersembunyi bagi perusahaan.

Menurut SMM, Batubara yang menyumbang sebagian besar biaya energi dalam produksi ingot magnesium mengalami tren harga dasar yang berbalik naik sejak Juli akibat meningkatnya permintaan terhadap pembangkit listrik tenaga uap.

Di sisi lain, panas yang tak tertahankan di bengkel produksi telah menyebabkan frekuensi cuti karyawan meningkat dan siklus peleburan menjadi lebih panjang, yang pada akhirnya turut menambah beban biaya tersembunyi.

Pasar batubara belakangan ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Dipengaruhi oleh suhu tinggi yang terus-menerus di seluruh China, peningkatan permintaan listrik secara signifikan telah meningkatkan beban pada pembangkit listrik, mendorong mereka untuk lebih aktif membeli batubara di pasar.

Dari sisi pasokan, transportasi batubara di wilayah produksi utama masih berjalan lancar, dan tingkat persediaan secara keseluruhan berada dalam kisaran yang wajar.

Analisis menunjukkan bahwa harga batubara kemungkinan akan mempertahankan tren kenaikan ringan dalam jangka pendek, dan arah pasar ke depan perlu memperhatikan dua faktor utama: keberlanjutan kondisi cuaca ekstrem dan kebutuhan aktual pengisian kembali stok oleh pengguna akhir.

Sementara itu, laporan terbary Wood Mackenzie memperkirakan permintaan batubara global diperkirakan dapat tetap kuat lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya. Pembangkit listrik tenaga batubara berpotensi tetap dominan hingga tahun 2030 jauh melampaui proyeksi saat ini terkait puncak konsumsi batubara.

Laporan berjudul "Staying power: How new energy realities risk extending coal's sunset" tersebut mengungkapkan bahwa sejumlah faktor berpotensi memperpanjang peran batubara sebagai sumber listrik vital hingga dekade berikutnya dan bahkan lebih lama.

Faktor tersebut di antaranya percepatan elektrifikasi ekonomi global, meningkatnya prioritas keamanan energi akibat guncangan geopolitik dan biaya, hingga armada pembangkit batubara di Asia yang masih muda dan terus berkembang

"Jika dominasi batubara diperpanjang hingga 2030, hal ini akan secara fundamental mengubah garis waktu transisi energi global. Ini berarti menunda penghapusan sumber energi dengan emisi karbon tertinggi di dunia pada dekade yang krusial bagi aksi iklim," ujar Anthony Knutson, kepala pasar batubara termal global di Wood Mackenzie.

Dia menambahkan meskipun arah jangka panjang menuju energi terbarukan tetap ada tetapi jalannya ternyata jauh lebih kompleks dari yang diperkirakan karena negara-negara bergulat dengan isu keamanan dan keterjangkauan energi.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |