Jakarta, CNBC Indonesia - Google kembali berurusan dengan aparat penegak hukum Amerika Serikat (AS). Kali ini, Departemen Kehakiman AS (DOJ) melakukan penyelidikan pada Google karena dugaan melanggar undang-undang antimonopoli dalam kesepakatannya dengan Character.AI, sebuah startup kecerdasan buatan (AI) yang sedang naik daun.
Penyelidikan difokuskan pada dugaan bahwa Google mungkin menyusun kesepakatan tersebut agar terhindar dari pengawasan merger resmi oleh pemerintah.
DOJ disebut telah memberitahu Google bahwa mereka tengah memeriksa struktur perjanjian itu untuk melihat kemungkinan pelanggaran hukum persaingan usaha.
Pada 2024, Google meneken kesepakatan lisensi non-eksklusif dengan Character.AI. Kesepakatan ini memberi Google akses ke teknologi model bahasa besar milik Character.AI. Tak berhenti di situ, Google juga merekrut dua pendiri Character.AI, Noam Shazeer dan Daniel De Freitas, keduanya merupakan mantan karyawan Google.
"Kami selalu terbuka menjawab pertanyaan regulator," kata juru bicara Google, dikutip dari Reuters, Jumat (23/5/2025).
"Kami senang menyambut talenta dari Character.AI, tapi kami tidak memiliki kepemilikan saham di perusahaan tersebut. Mereka tetap entitas yang terpisah," imbuhnya.
Sementara itu, pihak Character.AI belum memberikan komentar. DOJ juga menolak memberikan pernyataan.
Meski belum tentu berujung pada tindakan hukum, penyelidikan ini menunjukkan keseriusan regulator dalam mengawasi langkah-langkah strategis para raksasa teknologi di era persaingan AI yang makin ketat.
Langkah Google mencerminkan tren industri, di mana para pemain besar berlomba menjalin kemitraan dengan startup AI. Microsoft misalnya, telah menggelontorkan US$650 juta untuk menjalin kerja sama dengan Inflection AI, dan Amazon diketahui merekrut para pendiri serta staf AI startup Adept. Kedua kesepakatan tersebut juga menarik perhatian regulator.
Google sendiri saat ini tengah menghadapi tekanan hukum di dua kasus besar lainnya. Masing-masing terkait dominasinya pasar mesin pencari dan teknologi iklan digital. Awal bulan ini, Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) mendukung usulan DOJ agar Google membuka akses data pencarian kepada para pesaing.
Hal ini akan mengubah bisnis mesin pencari dan iklan digital secara umum. Selain itu, Google juga didesak untuk melepas beberapa unit bisnisnya demi mendukung iklim persaingan yang lebih sehat. Berbagai tekanan ini dialami Google ketika raksasa Mountain View tersebut juga tengah menghadapi persaingan sengit dengan layanan mesin pencari berbasis AI dan platform media sosial baru seperti TikTok yang menjadi tumpuan bagi Gen Z untuk mencari informasi.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Inovasi Bosch Ciptakan Produk Hemat & Ramah Lingkungan
Next Article Cara Masuk Website dan Aplikasi Tanpa Password Pakai Akun Google