Gak Mampu Lawan si Kaya, Rupiah Keok Dibanding Mata Uang Timur Tengah

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap mata uang di negara-negara Timur Tengah (Timteng) terpantau mengalami depresiasi.

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia Research, enam negara yang berada di Timteng, yakni Arab Saudi, Oman, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Irak, dan Iran, menunjukkan penguatan dan menekuk mata uang Garuda.

Dari keenam negara tersebut, riyal Arab Saudi menjadi mata uang yang paling mampu menekan rupiah. Rupiah mengalami koreksi sebesar 2,17% terhadap riyal Arab Saudi secara year to date/ytd (hingga 20 Mei 2025).

Kemudian rupiah juga tertekan 2,01% terhadap rial Iran, terhadap rial Oman juga melemah sebesar 2%.

Mata uang negara-negara Timur Tengah cenderung lebih kuat dibandingkan rupiah karena beberapa faktor utama yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar.

Salah satunya adalah stabilitas ekonomi dan cadangan devisa yang besar, terutama bagi negara-negara penghasil minyak dan gas yang memperoleh pendapatan signifikan dari ekspor energi. Pendapatan ini membantu menjaga nilai mata uang mereka tetap tinggi, sedangkan rupiah lebih rentan terhadap dinamika ekonomi global dan kebijakan moneter domestik.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global mempengaruhi minat investor terhadap mata uang.

Saat terjadi ketegangan geopolitik atau perlambatan ekonomi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China, investor cenderung mengalihkan dana mereka ke aset yang lebih stabil, termasuk mata uang negara-negara Timur Tengah. Hal ini membuat mata uang mereka lebih kuat dibandingkan rupiah, yang lebih sensitif terhadap perubahan kebijakan ekonomi dunia.

Perbedaan dalam kebijakan moneter juga menjadi faktor yang berpengaruh. Bank sentral di beberapa negara Timur Tengah sering kali menerapkan kebijakan moneter yang lebih ketat dengan suku bunga yang lebih tinggi, yang menarik investor asing untuk menempatkan dana mereka dalam mata uang tersebut.

Sementara itu, Bank Indonesia terkadang menyesuaikan suku bunga guna menjaga stabilitas ekonomi domestik, yang dapat berdampak pada pelemahan rupiah terhadap mata uang asing.

Selain itu, pembangunan infrastruktur besar-besaran, seperti yang dilakukan Oman, turut mendukung kekuatan ekonomi kawasan ini. Oman, misalnya, mendapat pengakuan internasional atas kemajuan pesatnya dan berupaya mendiversifikasi sumber pendapatannya agar tidak bergantung sepenuhnya pada minyak. Hal ini membuatnya semakin menarik di mata investor global.

Selain itu, keterkaitan erat dengan dolar AS melalui perdagangan minyak (petrodollar) dan hubungan ekonomi bilateral, memberikan stabilitas tambahan. Banyak dari negara-negara ini menyimpan cadangan dolar dalam jumlah besar, yang mendukung kestabilan mata uang mereka. AS juga menjalin kerja sama perdagangan, seperti perjanjian bebas tarif dengan Oman pada 2009, yang memperkuat hubungan ekonomi dan mendukung pertumbuhan di kawasan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |