Ekspor Listrik ke Singapura, Ternyata Sebesar Ini Keuntungan RI

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia berencana untuk mengekspor listrik 'bersih' ke negara tetangga yakni Singapura yang diperhitungkan bisa mendatangkan tambahan devisa US$ 4-6 miliar atau sekitar Rp 65 triliun - Rp 97,4 triliun (asumsi kurs Rp 16.237 per US$) per tahun.

Tak hanya tambahan devisa, Indonesia juga diperkirakan bakal mendapatkan potensi tambahan penerimaan negara sebesar US$ 210 hingga US$ 600 juta atau sekitar Rp 3,4 triliun sampai Rp 9,7 triliun per tahun.

Rencana ekspor listrik ke Singapura ini telah diperbarui oleh kedua negara. Hal ini ditandai dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (13/6/2025) lalu.

Setidaknya, ada tiga kesepakatan antara Indonesia-Singapura yaitu tentang Interkoneksi dan Perdagangan Listrik Lintas Batas, Teknologi Energi Terbarukan dan Rendah Karbon, serta Efisiensi dan Konservasi Energi.

"Khususnya ada tiga poin, yaitu adalah perdagangan listrik energi yang bersih, kemudian CCS, dan yang ketiga lagi kita membangun kawasan industri hijau bersama di Kepri," jelas Bahlil dalam acara penandatanganan MoU Indonesia-Singapura, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Senin (17/6/2025).

Lebih lanjut, pihaknya sudah melakukan pembicaraan panjang terhadap ketiga kesepakatan dengan Singapura tersebut. Dia menekankan bahwa kerja sama tersebut harus sama-sama menguntungkan kedua negara.

"Saya katakan bahwa hubungan kerjasamanya harus kita lakukan, tapi win-win. Kita kirim listrik ke saudara kita di Singapura, sekarang dalam hasil negosiasi, nanti pemerintah Singapura bersama-sama dengan Indonesia untuk membangun kawasan industri bersama," tambahnya.

Di lain sisi, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng mengatakan kerja sama tersebut merupakan peluang yang saling menguntungkan kedua negara, dekarbonisasi ekonomi kedua negara secara berkelanjutan, memacu inovasi, dan membuka area pertumbuhan baru.

"Dan terlebih lagi, kita harus memanfaatkan peluang ini saat ini, ketika ASEAN, seluruh ASEAN, adalah benteng yang sangat stabil yang menawarkan tempat berlindung yang baik untuk pertumbuhan dan peluang. Ini adalah langkah konkret untuk menambatkan kerja sama jangka panjang," katanya dalam kesempatan yang sama.

Bahkan dia menyebutkan, Asia Tenggara sendiri berpotensi untuk secara permanen mengunci 133 Giga Ton karbon dioksida atau CO2. Dia mengatakan proyek Singapura yang hanya sebesar 2 juta ton dapat menjadi proyek pelopor bagi negara seperti Indonesia yang berambisi untuk memimpin seluruh kawasan sebagai pusat CCS.

Detailnya, dalam rencana perdagangan listrik energi baru terbarukan (EBT) lintas batas hingga tahun 2035 sebesar 3,4 Giga Watt (GW) dengan potensi investasi sebesar US$ 30-50 miliar untuk pembangkit panel surya dan US$ 2,7 miliar untuk manufaktur panel surya dan BESS.

Adapun, potensi tambahan devisa per tahun sebesar US$ 4-6 miliar dan potensi tambahan lapangan kerja baru sebanyak 418 ribu orang.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Capai Ekonomi 8%, Konsumsi Listrik RI Harus 6.500 KVA/kapita

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |