Dunia Ramai-ramai Tinggalkan Batu bara RI, Era Emas Sudah Tamat?

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melemah dalam dua hari terakhir. Pelemahan harga ini menjadi peringatan keras bagi Indonesia. Di tengah pelemahan harga, batu bara Indonesia kini harus berjuang keras mempertahankan ekspor di sejumlah negara.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Rabu (25/6/2025) ditutup di posisi US$ 109,1 per ton atau jatuh 0,73%. Pelemahan memperpanjang tren negative batu bara. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara jatuh 3,4%.

Indonesia Hadapi Persaingan Sengit
Di tengah pelemahan harga, Indonesia justru dihadapkan pada perjuangan sulit untuk mempertahankan pasar ekspornya.

Dikutip dari Reuters, dua negara pengimpor batu bara termal terbesar di dunia, China dan India, terus memangkas pembelian batu bara dari Indonesia. Mereka beralih ke jenis batu bara dengan kalori tinggi dari negara lain. Penurunan harga global telah membuat batu bara berkualitas lebih tinggi menjadi lebih kompetitif.

Indonesia merupakan eksportir terbesar dunia untuk batu bara thermal yang dipakai untuk pembangkit listrik. Namun, nasibnya kini tengah dipertaruhkan.

Data terbaru menunjukkan pembelian batu bara oleh China dan India dari Indonesia menurun lebih cepat dibandingkan penurunan keseluruhan impor batu bara termal mereka.

Kedua negara tersebut mulai beralih ke batu bara dengan nilai kalor (calorific value/CV) lebih tinggi, yang menghasilkan energi lebih banyak per ton.

"Batu bara berkalori tinggi memang lebih mahal, tetapi menghasilkan lebih banyak energi untuk setiap dolar yang dibelanjakan pada harga saat ini. Satu juta ton batu bara CV tinggi dapat menggantikan 1,2 hingga 1,5 juta ton batu bara dari Indonesia," kata Vasudev Pamnani, Direktur di perusahaan perdagangan batu bara berbasis di India, I-Energy Natural Resources, kepada Reuters.

Di China, batu bara termal Indonesia dengan nilai kalor sedang hingga rendah menghadapi kesulitan dalam bersaing dengan batu bara Rusia yang kualitasnya serupa namun dijual dengan harga diskon, ujar analis dari Kpler, Zhiyuan Li.

Indonesia hanya memasok batu bara di China sebanyak 78,45 juta ton pada Januari-Mei 2025. Jumlah tersebut anjlok 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sebaliknya, pasokan dari Australia dan Mongolia terus meningkat.

Ramli Ahmad, Direktur Utama perusahaan tambang Indonesia Ombilin Energi, mengatakan bahwa batu bara Indonesia bisa saja kembali diminati jika harga batu bara CV tinggi naik karena konflik di Timur Tengah.

Namun, batu bara dengan CV rendah akan tetap tertekan selama batu bara dengan kandungan energi lebih tinggi masih lebih kompetitif.

Di pasar China, batu bara dari Mongolia menjadi pemenang utama yang menggantikan posisi Indonesia.

Di India, batu bara dari Afrika Selatan mengalami lonjakan permintaan. Pangsa pasar mereka mencapai rekor tertinggi dalam lima bulan pertama 2025, menurut data dari bea cukai China dan data perdagangan India.

Sebaliknya, kiriman batu bara dari Indonesia jeblok 7,24% menjadi 43,59 juta ton.
Pasar batu bara Indonesia di India juga mendapat persaingan ketat dari Rusia hingga Amerika Serikat.

"Efisiensi yang membaik akan terus mendorong ekspor batu bara Mongolia, meskipun harga batu bara termal di China sedang menurun," kata Xue Dingcui, analis dari firma riset Mysteel, kepada Reuters.

China dan India juga meningkatkan pembelian dari Tanzania, negara yang sebelumnya hampir tidak terdengar dalam peta perdagangan batu bara global sebelum pecahnya perang Rusia-Ukraina pada 2022.

Pedagang India turut meningkatkan pembelian batu bara berkualitas tinggi dari Kazakhstan, Kolombia, dan Mozambik tahun ini, sementara Australia juga mulai merebut pangsa pasar di China.

Berpaling ke Pasar Domestik

Secara keseluruhan, impor batu bara China turun hampir 10% menjadi 137,4 juta ton dalam lima bulan pertama 2025, sementara impor India turun lebih dari 5% menjadi 74 juta ton.

Ekspor batu bara Indonesia menjadi yang paling terpukul, dengan pengiriman ke China turun 12,3% dan ke India anjlok 14,3%.

Berdasarkan data dari perusahaan analitik Kpler, total ekspor batu bara Indonesia turun 12% menjadi 187 juta ton dalam periode Januari-Mei 2025.

Menurut Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia, untuk mengimbangi penurunan ekspor, para penambang Indonesia mulai mengalihkan fokus ke permintaan domestik, dengan pengiriman lokal diperkirakan naik 3% tahun ini, sementara ekspor diperkirakan turun sekitar 10%, menurut Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia.

Permintaan dalam negeri, terutama dari sektor smelter nikel, diperkirakan akan menyumbang porsi tertinggi dari pasokan batu bara Indonesia dalam satu dekade terakhir, yakni mencapai 48,6%.

Pemerintah Indonesia menetapkan harga batas atas untuk penjualan batu bara ke pembangkit listrik, sehingga smelter menjadi pembeli yang lebih menarik dibanding ekspor.

"Saat ini, industri smelter adalah titik terang paling menjanjikan. Kami mendapat harga lebih baik dibandingkan penjualan ke sektor ketenagalistrikan atau ekspor ke China," kata Ramli Ahmad dari Ombilin Energi.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |