Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten batu bara grup Bakrie dan Salim, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) resmi mendapat restu pemegang saham untuk melakukan kuasi reorganisasi pada kemarin Senin (2/6/2025).
Melansir dari ulasan Stockbit Sekuritas, manajemen BUMI menyatakan aksi korporasi akan diajukan pada regulator kurang lebih dalam dua hari kerja setelah mendapat persetujuan pemegang saham.
"BUMI sebelumnya menyebut bahwa dampak dari rencana pelaksanaan kuasi reorganisasi akan tercermin pada laporan keuangan kuartal II/2025" jelas Stockbit Sekuritas yang dikutip Selasa (3/6/2025).
Sebelumnya, rencana kuasi reorganisasi BUMI ini pernah muncul pada RUPSLB tahun lalu, tepatnya pada Juni 2024. Namun, pembahasan tentang kuasi ini kemudian dibatalkan dan RUPST tetap berjalan sesuai jadwal.
Sebagai catatan, BUMI sudah mengalami saldo defisit sejak 2012 dan secara tren terus membengkak. Hal tersebut membebani modal yang membuatnya ikut jadi negatif. Ekuitas negatif BUMI pernah terjadi dari tahun 2013 - 2016.
Sampai akhir 2024 lalu, saldo defisit BUMI mencapai Rp36,89 triliun, meski begitu ekuitas perseroan sebanyak Rp46,27 triliun berada di posisi terkuat dalam 16 tahun atau tepatnya sejak 2008.
Sebagai catatan, sebelumnya manajemen BUMI mengungkapkan kuasi reorganiasi akan dilakukan dengan cara mengeliminiasi akumulasi rugi (defisit) dengan menggunaan agio saham.
Agio saham merupakan selisih lebih antara setoran modal dengan nilai nominal saham. Singkatnya ini seperti tambahan modal yang disetor.
Agio saham yang akan menutup saldo defisit diharapkan semakin memperkuat ekuitas BUMI. Selain itu, akan membuka ruang untuk membagikan dividen ke depannya.
"Tujuan perseroan untuk melakukan rencana kuasi reorganisasi adalah untuk memperbaiki saldo laba perseroan agar perseroan dapat melakukan pembagian dividen tunai," sebut manajemen BUMI.
Pada tahun lalu, BUMI mencetak laba bersih cukup ciamik mencapai US$ 170,9 juta, melesat 45,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, untuk laba periode tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk tercatat sebesar US$ 67,5 juta, terbang 517,8% dibanding periode sama tahun sebelumnya US$ 10,9 juta.
Hasil ini didorong oleh menurunnya beban pokok pendapatan perusahaan dari US$ 5.978,7 juta menjadi US$ 5.127 juta di 2024. Kondisi tersebut membuat margin laba ke pendapatan naik dari 5,5% menjadi 5,9%.
Alhasil laba sebelum pajak juga meningkat 13,9% dari US$ 254,3 juta di 2023 menjadi US$ 289,7 juta di 2024.
Adapun pertumbuhan laba bersih ini terjadi di tengah penurunan pendapatan bruto sebesar 13% US$ 5,72 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 6,57 juta. Hal ini terjadi karena kondisi pasar dan harga batubara yang turun sebesar 12% secara year-on-year.
Sementara itu, royalti bagi hasil pemerintah, dan subsidi harga atas pasokan domestik berjumlah lebih dari 40% dari pendapatan bruto periode 2024.
Meskipun secara industri, harga batu bara masih turun, tetapi pada tahun ini pemerintah merevisi penurunan tarif royalti untuk pemegang IUPK.
Dari perhitungan kami, BUMI akan menjadi emiten yang paling diuntungkan dari perubahan tarif ini.
Jika menghitung dari kinerja keuangan tahun lalu, BUMI mencatat beban royalti sebesar US$ 294.04 juta, ini setara 21,63% dari total pendapatan senilai US$ 1,35 miliar.
Dari tarif royalti itu jika diturunkan menjadi 18%, BUMI akan mendapatkan selisih keuntungan senilai US$ 49,30 juta. Jika dirupiahkan dengan kurs Rp16.800/US$ akan setara Rp 828,37 miliar
Nilai keuntungan itu apabila ditambahkan langsung ke laba pada tahun lalu sebesar US$ US$67,4 juta akan menjadi US$ 116,78 juta, bertambah 73,08%.
Adapun jika memperhitungkan proyeksi pada keuntungan tahun ini, laba bersih BUMI diproyeksi bisa naik 142% secara tahunan (yoy).
Jadi, secara keseluruhan pada tahun ini BUMI mendapatkan dua sentimen positif dari kuasi reorganisasi yang akan menghapus saldo defisit, kemudian prospek penurunan tarif royalti bisa mengoptimalkan efisiensi yang harapannya mendongkrak bottom line. Dengan posisi laba yang potensi naik dan saldo negatif sudah dihapuskan nantinya, peluang BUMI untuk membagikan dividen ke investor akan jadi semakin memungkinkan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(tsn/tsn)