Bahlil Beberkan Rencana Investasi CATL di Proyek Baterai Rp 97 Triliun

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa perusahaan asal China yakni Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) bakal menggelontorkan investasinya sebesar US$ 6 miliar atau sekitar Rp 97,87 triliun (asumsi kurs Rp 16.313 per US$). Khususnya, dalam menggarap proyek ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Menurut Bahlil, proyek tersebut nantinya akan mencakup rantai pasok mulai dari tambang nikel, fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), pabrik prekursor, katoda, sel baterai, hingga fasilitas daur ulang (recycling) baterai.

Untuk di sektor hulu, pihak Indonesia melalui PT Aneka Tambang Tbk (Antam) akan memegang porsi saham sebesar 51%, selebihnya dimiliki CATL.

"Ini ekosistem baterai pertama di dunia, dari hulu hilir, dari tambang, HPAL, nikel, prekursor, katoda, baterai sel, sampai dengan recycling-nya. Ini belum pernah ada di dunia lho. Ini baru pertama kali. CATL itu investasinya 6 miliar dolar total," ungkap Bahlil ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Sementara di sektor antara dan hilir, melalui skema usaha patungan atau Joint Venture (JV) 2, 3, dan 4, BUMN akan memiliki porsi saham "hanya" 30%, selebihnya dimiliki CATL.

Bahlil juga menyebut, nantinya Danantara akan masuk membiayai proyek ekosistem baterai bersama CATL ini.

"Karena sudah diambil alih, BUMN sekarang sudah berubah semuanya, asetnya di bawah Danantara, otomatis masuk di situ. Ya, kalau dia mau investasi, equity-nya dia harus chip in. Gitu maksudnya," kata Bahlil.

Sebelumnya, CEO BPI Danantara Rosan Roeslani mengatakan, porsi Danantara dalam proyek ini yaitu membantu dalam hal jika ada kendala pendanaan.

"Sejak ada Danantara ini, pendanaan kita yang membantu karena kita melihat pekerjaan proyek ini sangat baik dari segi return, segi pekerjaan, juga dampak perekonomiannya," katanya.

Seperti diketahui, ada dua mega proyek dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik. Yakni proyek Titan yang konsorsiumnya diisi oleh PT Indonesia Battery Corporation (IBC) selaku perusahaan induk, PT Aneka Tambang (Antam), PT Pertamina, dan PT PLN, dan Huayou yang menggantikan LG.

Selain itu juga ada konsorsium bersama CATL melalui anak usahanya Ningbo Contemporary Burnp Legend Co. Ltd yang dinamakan proyek Dragon. Kedua proyek ini fokus pada rantai pembuatan baterai listrik di Indonesia dari hulu ke hilir.

CATL Hitung Ulang Investasi

Sebagaimana diketahui, mulanya nilai investasi CATL di Indonesia senilai US$ 1,2 miliar, untuk mengembangkan produksi baterai sel berkapasitas 15 Giga Watt Hour (GWH).

Namun, di tengah jalan, berdasarkan ODI (Overseas Direct Investment) Approval, investasinya saat ini menjadi hanya setengahnya atau sekitar 6,9 GWH atau US$ 417 juta.

Deputi Promosi Kementerian Investasi dan Hilirisasi Nurul Ichwan mengungkapkan CATL tengah mengevaluasi atas proyek tersebut supaya bisa berinvestasi di Indonesia. Perhitungan nilai investasi itu diketahui berdasarkan dinamika yang terjadi, di mana permintaan mobil listrik terus mengalami pertumbuhan.

"Maka akan sangat masuk akal mencoba menganalisa lagi kapasitas global yang bisa kemudian CATL berkontribusi itu sebesar apa. Sehingga begitu dia analisa, oh ini belum sampai pada kapasitas sebesar itu, sehingga diberikan kapasitas yang di bawah itu. Nah karena yang tadinya di level tertentu diturunkan menjadi setengahnya, ini yang kemudian kan harus dihitung ulang kembali," jelasnya ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (23/4/2025).

Nurul Ichwan melanjutkan, bahwa fase menghitung ulang investasi CATL di Indonesia mencakup hingga perhitungan payback period proyek yang akan dibangun. "Nah informasinya, hitungannya ini menjanjikan juga, jadi kemungkinan besar proyek ini akan tetap berlangsung," tambahnya.

Meskipun belum pasti berapa perhitungan ulangnya, Nurul mengatakan proses investasi raksasa baterai kendaraan listrik asal China di Indonesia akan terus berlanjut.

"Jadi yang perlu dipahami bahwa tonenya tetap positif. Yang kemarin menjadi kekhawatiran adalah karena tadinya misalnya 1 juta jadi 500 ribu, ini angka contoh saja bukan angka sebenarnya, kan pasti harus ada penyesuaian. Cuma begitu disesuaikan, biasa begitu sampai kepada publik, wah begini-begini. Enggak, biasa-biasa saja, cuma penyesuaian dengan kapasitas produksi," tandasnya.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Indonesia Battery Corporation (IBC) buka-bukaan bahwa investasi yang digelontorkan oleh Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) dalam proyek baterai sel di Indonesia baru setengah dari nilai investasi yang dijanjikan senilai US$ 1,2 miliar.

"Namun dari ODI (Overseas Direct Investment) Approval, yang kami peroleh dari mereka saat ini baru setengahnya. Jadi sekitar 6,9 GWH atau US$ 417 juta," ungkap Direktur Utama IBC, Toto Nugroho dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, Senin (17/2/2025).

Maka dari itu, pihaknya sedang melanjutkan komunikasi untuk bernegosiasi mencari solusi terkait dengan perbedaan jumlah investasi dari CATL tersebut.

"Ada satu hal yang perlu kami laporkan bahwa long stop date, jadi yang istilahnya kesepakatan kita itu harus selesai di tanggal 28 Februari, which is sudah sangat dekat. Dan ini kita memerlukan banyak sekali dokumen-dokumen yang harus mereka lengkapi, supaya kita mendapatkan kepastian terhadap investasi," terang Toto.

Adapun juga IBC meminta adanya kepastian off take agreement dari CATL. Di mana, CATL juga seharusnya menyampaikan draft atas Bankable Feasibility Study ditanggal 21 Januari 2025.

"Nah namun kembali beberapa informasi terkait detail dari dokumen itu masih sangat kita butuhkan. Jadi secara garis besar itu yang dapat kami sampaikan untuk yang baterai sel sendiri. Recycle nanti kami bahas Pak, tapi karena proses ini baru bisa dilakukan di tahun 2028," tandasnya.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: LG Batalkan Proyek Baterai EV di RI - China Warning

Next Article AS Tambah Lagi Daftar Hitam Perusahaan China, Tencent-CATL Kena

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |