Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah investasi langsung (direct investment) ke Indonesia mengalami kemunduran pada kuartal I-2025.
Bank Indonesia (BI) pada Kamis (22/5/2025) telah merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan Transaksi Berjalan (CA) untuk kuartal I-2025.
NPI mengalami penurunan dari kuartal IV-2024 yang surplus US$7,87 miliar menjadi defisit US$0,78 miliar pada kuartal I-2025. Salah satu penyebabnya adalah menurunnya Transaksi Finansial (FA) dan Investasi Langsung.
Untuk diketahui, jumlah Transaksi Finansial mengalami penurunan tajam setelah sempat surplus selama tiga kuartal beruntun (sejak kuartal II hingga kuartal IV-2024). Pada kuartal I-2025, terjadi defisit Transaksi Finansial sebesar US$0,33 miliar.
Dari sisi investasi langsung juga mengalami penurunan meskipun masih dalam kategori surplus.
Pada kuartal III dan kuartal IV-2024, investasi langsung masing-masing surplus US$4,8 miliar dan US$3,23 miliar. Sementara pada kuartal I-2025 surplus yang terjadi hanya sebesar US$2,63 miliar.
Sebagai informasi, investasi langsung adalah komponen dari neraca keuangan (financial account) yang mencatat investasi lintas negara yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan.
Hal ini penting untuk dicermati karena merupakan indikator penting yang mencerminkan keyakinan jangka panjang investor terhadap prospek ekonomi suatu negara.
Ketika investor asing memutuskan untuk menanamkan modal dalam bentuk pembangunan fasilitas produksi, akuisisi perusahaan lokal, atau pembukaan cabang usaha, hal ini menunjukkan bahwa mereka menilai lingkungan ekonomi dan politik negara tersebut cukup stabil serta menguntungkan dalam jangka panjang. Kepercayaan ini tidak hanya bersifat finansial, tetapi juga mencerminkan kesiapan untuk mengambil risiko dan berkomitmen terhadap pembangunan ekonomi lokal.
Lebih dari sekadar suntikan modal, Foreign Direct Investment (FDI) sering kali membawa serta teknologi canggih, sistem produksi modern, dan praktik manajemen global yang belum tentu tersedia secara luas di negara penerima. Transfer pengetahuan ini menjadi nilai tambah tersendiri karena mendorong peningkatan kualitas industri lokal dan mempercepat proses alih teknologi.
Selain itu, kehadiran perusahaan asing biasanya menciptakan banyak peluang kerja, baik secara langsung melalui perekrutan tenaga kerja lokal, maupun secara tidak langsung melalui efek pengganda pada sektor pendukung seperti logistik, jasa, dan pemasok bahan baku.
Dalam jangka panjang, hal ini berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas nasional, karena tenaga kerja lokal memperoleh pelatihan, pengalaman kerja internasional, serta eksposur terhadap standar operasional yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, FDI bukan hanya tentang masuknya dana dari luar negeri, tetapi juga merupakan katalisator penting bagi transformasi ekonomi melalui peningkatan kapasitas industri, daya saing, dan integrasi ke dalam rantai pasok global.
Penurunan Investasi Langsung di RI
Penurunan investasi langsung di Indonesia dapat berdampak signifikan terhadap ekonomi dan masyarakat. Salah satu dampak utama adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat berkurangnya ekspansi bisnis dan penciptaan lapangan kerja.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 hanya sebesar 4,87% year on year/yoy atau tidak sampai level 5% dan mengalami kontraksi 0,98% bila dibandingkan kuartal sebelumnya.
Bank DBS Indonesia menyebut salah satu penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah tingkat konsumsi yang rendah. Hal ini terbukti dari penurunan konsumsi pemerintah pada masa pra-lebaran yang turun 1,2% yoy. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, konsumsi pemerintah tumbuh 20% yoy seiring adanya Pemilu 2024.
Dengan semakin sedikitnya investasi langsung, angka pengangguran dapat meningkat karena terbatasnya peluang kerja. Selain itu, daya beli masyarakat juga berpotensi melemah karena pendapatan yang stagnan, sehingga konsumsi rumah tangga yang menjadi pendorong utama ekonomi bisa menurun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pengangguran Indonesia per Februari 2025 naik 0,08 juta orang menjadi 7,28 juta orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini sejalan dengan banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) belakangan waktu.
"Dibanding Februari 2024, per Februari 2025 jumlah orang yang menganggur meningkat sebanyak 0,08 juta orang atau 83 ribu orang yang naik kira-kira 1,11%," ungkap Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (5/5/2025).
Kendati kondisi ini menantang, pemerintah memiliki berbagai strategi yang dapat diterapkan untuk menarik kembali investasi, seperti memberikan insentif pajak, menyederhanakan regulasi, dan memperbaiki infrastruktur guna menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengembalikan optimisme investor sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)