7 Negara Ini Pernah Bangkrut karena Utang, Indonesia Aman?

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia- Tidak hanya individu atau korporasi, negara pun bisa bangkrut bila gagal membayar utang. Sepanjang sejarah, krisis utang pernah memukul sejumlah negara hingga mereka terpaksa menyatakan gagal bayar (default), bahkan pailit secara resmi.

Pemicunya beragam, mulai dari kebijakan fiskal yang keliru, ketergantungan pada ekspor komoditas, hingga pandemi dan konflik geopolitik. Namun benang merahnya sama: utang yang tak terkendali tanpa diimbangi kapasitas bayar yang memang.

Berikut adalah tujuh negara yang tercatat pernah bangkrut akibat utang, lengkap dengan konteks dan skalanya:

1. Islandia (2008)

Di tengah krisis keuangan global, Islandia mengalami kejatuhan ekonomi dramatis. Negara kecil di Eropa Utara ini memiliki utang sebesar US$ 85 miliar atau setara 10 kali lipat PDB-nya saat itu.

Akibatnya, tiga bank terbesar runtuh, dan ekonomi menyusut 10% dalam dua tahun. Meski begitu, Islandia dianggap sukses mengelola krisis karena angka pengangguran tetap terkendali di level 4%.

2. Argentina (2001 - Sekarang)

Argentina adalah contoh klasik negara gagal bayar. Pada 2001, negeri tango ini default atas utang US$ 145 miliar, rekor tertinggi saat itu. Kebijakan menambatkan mata uang peso ke dolar AS justru membuat masyarakat kehilangan kepercayaan dan ramai-ramai menarik dana dari bank.

Argentina pun bangkrut, dan hingga kini masih memegang predikat negara dengan utang terbesar ke IMF.

3. Zimbabwe (2008)

Krisis utang Zimbabwe diperparah oleh hiperinflasi ekstrem yang membuat uang kehilangan nilai. Dengan utang mencapai US$ 4,5 miliar, pengangguran melonjak 80% dan ekonomi nyaris kolaps.

Warga bahkan lebih memilih barter ketimbang uang karena saking tidak berharganya mata uang nasional.

4. Venezuela (2017)

Negara kaya minyak ini terpuruk setelah harga minyak dunia anjlok. Presiden Nicolas Maduro mencetak uang dalam jumlah besar, yang justru memperparah inflasi dan memicu krisis utang sebesar US$ 150 miliar.

Ironisnya, saat itu Venezuela hanya memiliki US$ 10 miliar cadangan devisa. Default pun tak terhindarkan.

5. Yunani (2012-2015)

Krisis utang Yunani menjadi isu besar di Uni Eropa. Pada 2012, Yunani gagal membayar utang US$ 138 miliar, dan jumlah ini melonjak ke US$ 360 miliar pada 2015.

UE harus turun tangan lewat dana talangan, dan Yunani akhirnya menjalani program penghematan ketat. Pemulihan baru terlihat beberapa tahun terakhir dengan pertumbuhan ekonomi 8,3%.

6. Ekuador (2008)

Presiden Rafael Correa secara kontroversial menyatakan tak mau membayar utang dari hedge fund AS senilai US$ 10 miliar, dengan alasan utang tersebut sarat korupsi masa lalu. Namun keputusan ini berdampak jangka panjang. Saat harga minyak jatuh pada 2014, Ekuador kembali terlilit utang yang membengkak hingga melebihi 40% dari PDB.

7. Sri Lanka (2022)

Pandemi Covid-19 dan krisis fiskal membuat Sri Lanka tidak mampu membayar utang luar negeri sebesar US$ 51 miliar. Negara ini kemudian dinyatakan bangkrut, dengan antrean BBM, inflasi tinggi, dan kekacauan sosial.

Sri Lanka kini berada di bawah pengawasan IMF dan menjalani program reformasi struktural yang ketat.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |