Sentilan Ketua MA ke Hakim soal Stiker Mobil hingga Diskotek

17 hours ago 5
Jakarta -

Ketua Mahkamah Agung (MA) Sunarto memberikan sejumlah pesan 'sentilan' kepada para hakim yang baru dilantik. Dia menyinggung terkait stiker mobil hakim hingga diskotek.

Dirangkum detikcom, pesan-pesan 'sentilan' Sunarto untuk para hakim baru ini disampaikan dalam pembinaan yang digelar di hotel kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Jumat (13/6/2025). Apa saja yang disampaikan Sunarto?

1. Larang Kebiasaan Sowan Minta Naik Jabatan

Sunarto bicara soal integritas kepada hakim yang baru dilantik. Dia menyinggung kebiasaan mengetuk pintu atasan demi bisa mendapatkan kenaikan jabatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jangan ketuk pintu pimpinan, tapi ketuklah pintu langit. Gampang kalau ingin jadi pejabat sekarang," kata Sunarto.

Sunarto menilai kebiasaan terlalu sering sowan karena ingin mendapatkan sesuatu merupakan hal yang tidak baik. Dia meyakini seorang hakim berprestasi pasti bakal mendapat ganjaran yang lebih.

"Sekali lagi saya ingatkan, jangan sering datang ngetuk pintu pimpinan. Bawa oleh-oleh, bawa apa. Pimpinan sudah lebih dari cukup. Saudara masih akan naik kalau kita sudah naik," ucap Sunarto.

"Sekali lagi, nggak perlu ngetuk pintu pimpinan. Kalau Tuhan menghendaki jadi Ketua Mahkamah Agung, jadi," tegasnya.

Sunarto menegaskan kenaikan jabatan bisa didapat melalui kinerja yang ditunjukkan para hakim. Dia juga meminta para hakim baru untuk terus mengembangkan ilmu hingga menjaga integritas.

"Modalnya adalah selalu meningkatkan intelektualitasnya. Ada kesempatan belajar, belajar. Yang kedua, meningkatkan skill, kemampuan. Yang ketiga, integritas dijaga. Yang keempat, yang paling penting dan amat penting sekali lagi, deketlah dengan yang punya kehidupan ini," jelasnya.

2. Larang Hakim Pamer Jabatan di Publik

Ketua Mahkamah Agung (MA) Sunarto Ketua MA Sunarto (Foto: Taufik/detikcom)

Ketua MA Sunarto berpesan kepada seluruh hakim yang baru dilantik agar tidak hidup bermewah-mewahan. Dia tak ingin melihat hakim-hakim yang memamerkan jabatannya di hadapan publik.

Menurut Sunarto, integritas jabatan bagi hakim adalah hal yang paling utama. Dia ingin para hakim menjalani hidup yang sederhana.

"Nanti kalau ada kesempatan punya mobil, jangan ditempel stiker hakim-hakim. Kaca depan hakim, samping hakim, belakang hakim. Jabatan saudara tidak perlu dipamerkan, tapi perlu dinikmatin oleh semua pihak, termasuk diri saudara. Kalau dipamerkan, berisiko," kata Sunarto.

Sunarto mengaku tak ingin mendengar ada hakim yang memanfaatkan jabatannya demi lolos dari hukuman, bahkan untuk pelanggaran lalu lintas. Dia menegaskan jabatan hakim itu harus disembunyikan, bukan sebaliknya.

"Ada tahu para pihak yang berperkara, baru pakai motor, apa, Mio, kanan-kiri stiker hakim, biar polisi tidak menangkap. Tidak boleh. Tidak boleh. Ada mobil, gantungannya di dalam itu, di kaca spion depan, kasih tulisan hakim. Ke mana-mana baju tulisan hakim, ke pasar. Ke pasar, ke toko, hakim, main tenis, tulisan hakim lagi. Ini jabatan yang tersembunyi. Jangan ditonjol-tonjolkan," ungkap dia.

"Orang akan mencari saudara. Tidak usah saudara kampanye. Saudara dicari. Betul ini dicari oleh semua pihak," sambungnya.

Sunarto menilai alih-alih bergaya hidup mewah, hakim lebih penting memiliki independensi. Menurut dia, hal itulah yang perlu dijaga serius.

"Independensi, menghadiri secara mandiri tanpa tekanan atau intervensi. Itu yang harus saudara jaga. Karena marwah saudara ada di situ, yang paling berat bukan intervensi dari eksternal, dari atasan, dari luar. Tapi yang paling berat adalah intervensi dari diri saudara sendiri," jelasnya.

Dia menyebutkan biasanya akan ada saja yang menggoda hakim dengan iming-iming bayaran yang lebih tinggi dari gaji yang didapatnya. Godaan akan makin kuat karena dorongan dari diri sendiri atau orang terdekat.

"Pak, ini ada Rp 50 juta. Itu kan gaji saya satu bulan. Pak, ini ada 100, Pak. Nah, itu gaji saya dua bulan setengah, ditawarin lagi Rp 1 M, ini berapa bulan? Tahun ini, dua tahun setengah. Ya, mulai sehari dua hari, tahan godaan. Satu bulan, dua bulan, tahan godaan. Setahun, dua tahun, tahan godaan. Berikutnya, apalagi yang menggoda adalah pasangan kita. Anak kita, orang tua kita, famili kita. 'Pak, anak kita ini lho, Pak, sakit. Ini operasi lagi'. Mudah-mudahan tidak terjadi," kata dia.

3. Wanti-wanti Hakim Jaga Sikap

Ketua MA Sunarto (Taufik/detikcom) Foto: Ketua MA Sunarto (Taufik/detikcom)

Lebih lanjut, Sunarto mewanti-wanti para hakim yang baru saja dilantik untuk menjaga sikap. Dia mengingatkan ada sanksi bila hakim tak menjaga sikapnya.

"Ingat, ini pilihan saudara sendiri. Kalau saudara bebas mau ke karaoke, mau ke diskotek silakan. Tapi usia jabatan saudara insyaallah tidak akan panjang," ujar Sunarto.

Sunarto menerangkan menjadi hakim berarti siap dengan ketidakbebasan. Selain sikap, integritas perlu dijaga, apalagi hakim kerap disebut sebagai 'wakil Tuhan'.

"Saudara pegang palu demi keadilan, demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, mengatasnamakan Tuhan. Jangan diganti demi keadilan berdasarkan keuangan yang maha kuasa," jelasnya.

Sunarto juga ingin hakim menjaga penampilan. Menurutnya, berpenampilan yang pantas adalah hal yang wajar bagi hakim.

"Jangan seenaknya, yang perempuan pakai daster ke pasar, pakai sepeda motor. Yang laki-laki, lagi musim, pakai celana pendek, makan di luar tidak pantas sebagai seorang hakim, wakil Tuhan makan di warung kopi, pakai celana pendek, pakai kaus oblong, belum mandi lagi," ungkapnya.

Menurutnya, berpenampilan pantas bukan berarti bermewah-mewahan. Sunarto meminta para hakim meresapi hal tersebut.

"Ini penting, benar jangan sampai terjadi, Bapak-Ibu sekalian jaga marwahnya. Berubah keluar rumah pakai baju yang pantas tidak mesti mewah, tapi yang pantas tidak mesti mahal, tapi yang layak itu saya minta," tegasnya.

(fas/lir)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini


Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |