RI Punya Proyek Pengganti LPG, Pemerintah Siapkan Sederet Insentif

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan sederet insentif yang dapat mendorong terealisasinya program pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau hilirisasi batu bara di dalam negeri. Salah satunya seperti pengenaan royalti sebesar 0%.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba), Surya Herjuna mengakui, dari sejumlah program hilirisasi tambang yang dicanangkan pemerintah, hilirisasi batu bara menjadi salah satu program yang cukup menantang karena masalah keekonomian.

Oleh sebab itu, untuk merealisasikan agar program hilirisasi batu bara dapat dilaksanakan, pemerintah tengah menggodok sejumlah insentif yang akan diberikan kepada pelaku usaha yang menjalankan proyek ini.

"Sudah siapkan insentif-insentif, ada terkait royalti 0% dan ada harga khusus agar dari hulu ke hilir bisa jalan. Insentif? memang terkait royalti kita godok, ada masukan-masukan masih dikaji, akan kita undang pengusaha, akan kita sosialisasikan," ujar Surya dalam Economic Update 2025, CNBC Indonesia, dikutip Kamis (19/06/2025).

Pemerintah terus mengkaji pengembangan hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME). Diantaranya di tiga tempat di Kalimantan.

Surya Herjuna menyatakan bahwa gasifikasi batu bara menjadi DME sebagai alternatif pengganti LPG. Pengembangan DME merupakan mandatory untuk para Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) yang kontraknya diperpanjang menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Surya mencatat, ada 6 PKP2B yang wajib mengembangkan hilirisasi batu bara. Diantaranya seperti PT Arutmin Indonesia, PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Adaro Andalan Indonesia (AADI), PT Kideco Jaya Agung, PT Multi Harapan Utama (MHU), PT Tanito Harum, PT Berau Coal.

"Sudah dimonitor, dan sounding segera. Ada juga proyek yang harus kajian keekonomian, sudah kita kaji di Kalimantan ada 3. Proyek ini base parctic menggantikan gantikan impor LPG," terang Surya Herjuna.

Sebagaimana diketahui, konsumsi LPG Indonesia mencapai 8,9 juta ton per tahun. Di mana, 80%-nya didapatkan melalui impor. "Hilirisasi batu bara masih fokus ke DME, yang bisa gantikan sisi LPG. Tapi yang terkait chemical, amonia, masih dibahas. DME fokus untuk ketahanan energi," terang Surya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Ditolak AS-China, Prabowo Tetap Gaspol Proyek Pengganti LPG Rp 180 T

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |