RI Diam-Diam Intip Strategi Malaysia dan China Kalahkan Tarif Trump

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia tak tinggal diam dalam menghadapi dampak kebijakan tarif tinggi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap produk ekspor.

Di balik meja perundingan resmi dengan AS, Kementerian Perdagangan (Kemendag) ternyata menjalankan strategi diam-diam, yakni mengintip bagaimana negara-negara pesaing mengatur diplomasi dalam merespons tarif dagang Trump.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan, Indonesia secara aktif mengamati dan membandingkan perlakuan tarif yang diterima oleh negara pesaing pada produk yang sama. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya saing produk ekspor Indonesia di pasar Amerika.

"Kita melihat atau mengintip bagaimana negara-negara pesaing kita kira-kira diplomasinya seperti apa dan mereka mendapat tarif berapa," kata Budi kepada wartawan usai menghadiri Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI di kompleks parlemen, Jakarta, Selasa (20/5/2025).

Dia menuturkan, setidaknya ada sepuluh produk ekspor utama Indonesia ke AS yang menjadi fokus. Produk-produk ini dinilai memiliki potensi besar dan harus dipertahankan agar tetap kompetitif.

"Proses negosiasi kita itu kan kita melakukan identifikasi produk apa yang kita ekspor ke sana. Kita kelompokkan 10 produk ekspor utama kita itu kan mempunyai pasar yang bagus di Amerika. Jadi harus kita pertahankan," jelasnya.

Lebih lanjut, strategi tersebut dilakukan dengan cara memetakan produk ekspor Indonesia berdasarkan klasifikasi HS dua digit, lalu mencari tahu siapa saja pesaingnya dan tarif yang dikenakan terhadap mereka.

"Misalnya tadi saya sebutkan Electric Machinery and Equipment (mesin peralatan listrik). Itu kan pesaingnya China, kemudian Jerman, Malaysia. Nah itu kita diam-diam melakukan investigasi, sebenarnya negara-negara pesaing itu kena berapa persen. Jangan sampai dia dapatnya bagus, tarif kita lebih tinggi, kan kita nggak bisa bersaing juga," ujar Budi.

Ia menegaskan, jika Indonesia dikenai tarif yang lebih tinggi dari negara pesaing, maka posisi tawar akan melemah. Strategi pun harus diubah agar tidak kehilangan pasar. "Ya paling tidak itu kalau sama masih aman lah. Tapi kalau dia lebih berkurang, ya kita mungkin punya strategi lain. Tapi strategi tarif, kita harus begitu. Ya biar kita tetap eksis pasar kita," terang dia.

"Misalnya begini, Electric Machinery itu misalnya kan pesaing kita katakanlah Malaysia. Malaysia itu kan resiprokalnya lebih rendah dari kita. Kita 32%, dia 24%, kan kita kalah. Nah nanti setelah negosiasi, Malaysia mau dikasih berapa. Kita kalau bisa ya lebih kecil bea masuknya, biar kita bisa bersaing. Kan sama-sama produknya," pungkasnya.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Mendag Pastikan RI Tak Jadi "Jalur Tikus" Barang China ke AS

Next Article Mendag Kejar Target Beresin Perjanjian Dagang di 2025, Ini Daftarnya

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |