Jakarta -
Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta Rani Mauliani mempertanyakan maksud mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mendukung wacana jalan berbayar di Jakarta. Ia mengingatkan kembali Pramono Anung lah yang jadi Gubernur DKI Jakarta.
"Ya memang kenapa kalau Pak Ahok dukung? Warga siapapun kan boleh dukung, yang Gubernur kan pak Pramono-nya, program Gubernur yang memang dirasa pro rakyat ya memang perlu didukung kan ya, jadi kenapa harus heboh," kata Rani saat dihubungi, Senin (16/6/2025).
Rani menilai yang terpenting saat ini yakni kajian wacana jalan berbayar tersebut. Apakah wacana itu merugikan atau menguntungkan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang paling penting saat ini kita lihat kajian perihal jalan berbayar memberatkan atau menguntungkan untuk masyarakat, kalau statement Pak Ahok ya bebas saja kan seperti warga lainnya," ucap dia.
Dia pun memastikan sampai saat ini belum mendengar penjelasan terkait wacana jalan berbayar tersebut. Ia juga merasa belum ada pembahasan wacana itu.
"Sepanjang sepengetahuan saya hal tersebut sepertinya masih baru wacana belum ada penjelasan detailnya, karena saya pribadi belum dengar detailnya dan belum merasa ada pembahasan mengenai hal tersebut," ujarnya.
Pernyataan Ahok
Eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mendukung rencana Pemprov DKI Jakarta menerapkan sistem electronic road pricing (ERP) atau jalan berbayar di Jakarta. Ahok menyebut tarif ERP dapat diatur langsung oleh gubernur.
"Saya pikir ERP ini nggak salah, selama tujuan awalnya sama. Harganya bisa di-adjust oleh gubernur setiap saat," kata Ahok seusai jadi pembicara di Jakarta Future Festival di Taman Ismail Marzuki, Jakpus, Jumat (13/6).
Ahok menerangkan sistem ERP berbeda dengan tol. Tol memiliki tarif tetap dan tidak bisa diubah sewaktu-waktu. Penetapan tarif tol juga memerlukan birokrasi yang panjang, sehingga berbeda dengan ERP.
"Nah dengan cara itu kita pakai ERP untuk mengatur lalu lintas. Misalnya contoh ruas ini agak macet gitu ya, orang kenapa nggak mau masuk ke jalan alternatifnya karena mahal itu. Nah itu bisa diturunin harganya. Kalau tol kan nggak, mahal atau mahal gimana pun macet kita nggak ada pilihan," jelasnya.
"Jadi jangan kaget kalau tol kan, saya lihat ada persepsi yang mungkin agak keliru mungkin ya. 'Wah ini gila nih, jalan tuh pakai tol udah macet, ERP lagi kena duit, duit kita habis dong'. Nah di situ disediakan bus, kayak Sudirman-Thamrin, ada bus gratis, ada apa. Dulu sampai kita berpikir mau siapin parkir yang di gedung-gedung," sambung dia.
(maa/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini