Mereka yang Setia Rawat Salak Condet, 'Maskot Jakarta'

1 day ago 3

Jakarta -

Di tengah padatnya Ibu Kota dan pembangunan di mana-mana, ada sepetak lahan seluas 3,5 hektare di kawasan Balekambang, Condet, Jakarta Timur menyimpan jejak Jakarta masa lalu. Lahan itu kini dimiliki Pemprov Jakarta, dirawat oleh empat orang yang setia.

Argowisata Cagar Buah Condet, kebun salak yang juga saksi bisu Jakarta lampau tak melulu soal beton jalanan dan gedung pencakar langit. Di kawasan ini khususnya terdapat lahan hijau dengan salak yang khas.

Koordinator Cagar Buah Condet Safrudin menceritakan, kebun itu diurus oleh empat orang. Dua orang diantaranya sebagai tenaga teknis, dua lainnya sebagai keamanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka setiap hari yang setia merawat Salak Condet meski kini punya banyak tantangan. Saat detikcom ke lokasi, Jumat (30/5/2025) ada yang tengah mengurus pembibitan di rumah bibit, ada juga yang baru selesai membersihkan daun-daun yang berguguran.

"Di sini ada 4 orang, yang garap teknis 2 sama keamanan 2. Kalau saya koordinator juga bagian teknis," kata Safrudin.

Bagi Safrudin, Cagar Buah Condet tak sekadar tempat berkebun. Cagar itu merupakan sejarah dan identitas buah lokal Jakarta.

Argowisata Cagar Buah CondetFoto: Argowisata Cagar Buah Condet (Taufiq/detik)

Di bawah rimbunnya pohon salak, Safrudin dan rekan-rekannya terus bekerja dalam diam. Tak banyak yang tahu mereka ada, tapi mereka tahu betul, bila tak ada yang menjaga, maskot Jakarta itu bisa benar-benar tinggal nama.

"Iya misi utamanya melestarikan. Dulu kan orang Jakarta nanya, maskot DKI mana. Lah kan ada 2, elang sama salak. Karena elangnya punah tinggal salaknya. Nah gimana biar salaknya nggak punah, diambil alih Pemda buat dilestarikan," jelas dia.

Dijual di Depan Gerbang Kebun

Penjualan Salak Condet tidak semasif Salak Pondoh atau Salak Bali. Salak Condet terakhir kali panen tidak mencapai angka 1 ton. Karena jumlah yang kecil itu, penjualan dilakukan di depan gerbang masuk kawasawan argowisatanya.

"Kalau sekarang-sekarang ini nggak bisa ke mana-mana, kita pasarin di depan aja di gerbang. Kalau kita jual di depan, orang tahu Salak Condet pasti mau pada mampir," kata Safrudin.

Safrudin menceritakan, masa kejayaan Salak Condet sudah berlalu sejak tahun 1980-an. Padahal sejak saat itu Salak Condet bisa dijual di banyak daerah Jakarta.

"Nggak, kalau pasar buah karena jumlahnya kita kurang di sini. Dulu mah beda, waktu dulu mah banyak salaknya bisa dipasarin," jelas dia.

Safrudin menyebut banyak kendala yang membuat produktivitas Salak Condet tidak masif. Selain lahan yang terbatas, salak yang ditanam di lahan 3,5 hektar itu kerap dipetik warga sekitar tanpa izin.

"Warga mampir sini bawa keresek gede ngambil. Kita udah ngelarang juga tetap aja diambil. Kalau nyicip satu apa dua gak masalah," jelasnya.

Argowisata Cagar Buah CondetFoto: Argowisata Cagar Buah Condet (Taufiq/detik)

Selain itu sarana dan prasaran kawasan Cagar Buah Condet perlu diperbaiki. Misalnya pagar jebol jadi jalan buat orang-orang berniat memetik salak dalam jumlah banyak.

Safrudin berharap Salak Condet bisa kembali ke masa jaya. Dia mengaku akan sangat senang bila hal itu terjadi.

Namun, menurutnya hal tersebut bisa terwujud dengan kerjasama dari banyak pihak. Dia berharap Pemprov DKI dapat turun tangan memikirkan solusinya.

"Ya kita mah pekerja nggak ngatur. Kita mah ngikut Pemdanya aja. Tugas kita saat ini bagaimana merawat salak ini berbuah," imbuh dia.

Memetik Maskot DKI Langsung dari Kebunnya

Detikcom sempat mengunjungi Agrowisata Cagar Buah Condet di Jalan Kayu Manis No. 37, RT 7/RW 5, Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Saat tiba di pintu masuk ada sebuah papan bertuliskan Agrowisata Cagar Buah Condet, di baliknya ada jalan menurun menuju kebun salak dan duku.

Di lahan 3,5 hektar itu dipadati oleh pohon salak dan duku. Untuk menyusuri kebun, pengunjung dapat berjalan menggunakan jalan yang telah disediakan.

Setiba di kebun, detikcom menemui Koordinator Cagar Buah Condet Safrudin. Dia terlihat mengenakan stelan hitam-hitam lengkap dengan sepatu boot dan arit di tangannya.

Safrudin kemudian menawarkan untuk melihat sekitar sambil mencari salak yang sudah ranum. Dia pun memetik beberapa salak dan menunjukkannya.

Rasanya manis bercampur kecut dan sepet. Buahnya tebal, berbeda dengan salak lain yang lebih tipis bagian dagingnya.

"Iya sama ini, ada agak sepet kalau belum matang 100 persen itu tapi ya. Nih cobain aja. Manis, kecut, tebel juga ya, renyah," kata Safrudin setelah meminta detikcom mencicipi salaknya di lokasi.


(dek/dek)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |