Kiamat Driver Online Dibawa China ke Eropa

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa teknologi China, Baidu, berencana meluncurkan layanan transportasi online tanpa sopir di Eropa. Swiss bakal menjadi pasar sasaran pertama Baidu di Benua Eropa.

Wall Street Journal melaporkan bahwa Baidu tengah berdiskusi dengan layanan bus Swiss yang bernama PostAuto. Kedua perusahaan menjajaki peluncuran layanan taksi robot di negara tersebut.

Amerika Serikat (AS) dan China adalah dua negara yang paling ambisius menggarap teknologi taksi robot yang bisa menggantikan peran pengemudi online. Dalam laporan Reuters pada 2024, sudah ada 19 kota di China yang mengimplementasikan pengujian robotaxi dan robobus.

Perusahaan yang menggarap industri taksi robot antara lain adalah Cruise, Didi Chixing, Baidu Apollo, WeRide, AutoX, SAIC Motor, Pony.ai, Zoox, Tesla, hingga Waymo.

Baidu adalah perusahaan teknologi yang menyediakan layanan serupa Google di China. Teknologi taksi robot Baidu adalah salah satu yang terdepan di negara tersebut.

Aksi Baidu memicu kekhawatiran di kalangan para sopir layanan taksi online sudah membludak. China memiliki 7 juta sopir online yang terdaftar pada 2024. Angka itu jauh lebih besar ketimbang 4,4 juta orang pada 2 tahun lalu.

Data menunjukkan banyak orang beralih menjadi sopir online di tengah sulitnya bursa kerja karena kelesuan ekonomi. Efek samping robotaxi akan menimbulkan kekhawatiran baru bagi para pekerja tersebut.

Pada Juli 2024, diskusi soal hilangnya pekerjaan karena robotaxi menjadi trending di media sosial. Banyak orang bertanya-tanya "apakah mobil tanpa awak akan mencuri mata pencarian para sopir taksi?".

Liu Yi (36 tahun) adalah salah satu dari 7 juta sopir online di China yang khawatir akan kehilangan pekerjaan. Pria yang berdomisili di Wuhan tersebut mulai bekerja paruh waktu sebagai sopir online pada tahun ini.

Liu dan banyak sopir online lainnya khawatir soal masuknya sistem Full Self-Driving (FSD) milik Tesla ke China, yang akan mempercepat 'kiamat' driver online di negara tersebut.

Sopir lainnya bernama Wang Guoqiang (63 tahun) melihat ancaman besar di depan mata dari inovasi teknologi.

"Ride-hailing adalah pekerjaan untuk kelas bawah," kata dia.

"Jika Anda membunuh industri ini. Apa yang tersisa bagi kami?" ia bertanya.

Di AS, Waymo yang merupakan anak usaha Alphabet adalah satu-satunya perusahaan yang sudah memegang izin uji coba robotaxi.

Pada 2024, Waymo mengatakan robotaxi-nya sudah melayani 200.000 perjalanan berbayar per minggu di area San Francisco, Los Angeles, dan Phoenix.

Di tahun ini, Waymo kian gencar melakukan ekspansi robotaxi di berbagai daerah. Austin di Texas, serta Sunnyvale di California, Miami di Florida, menjadi beberapa wilayah yang baru-baru ini dikatakan akan digarap Waymo.

Selain itu, robotaxi Waymo juga akan melebarkan cakupannya di San Francisco, meliputi Mountain View di Los Altos, Palo Alto.

Terbaru, The Verge melaporkan Waymo juga baru mengumumkan ekspansi robotaxi di Washington, DC. Layanan Waymo One dikatakan akan beroperasi di pusat pemerintahan tersebut mulai 2026 mendatang.

Para pendukung teknologi AV telah mendesak dewan kota untuk melonggarkan pembatasan agar kendaraan yang sepenuhnya otonom dapat beroperasi di jalan umum. Seorang juru bicara departemen transportasi DC tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Kendaraan yang dikemudikan secara manual oleh Waymo sejatinya telah terlihat di sekitar Washington, DC sejak tahun lalu. Seorang manajer produk Waymo mengatakan kepada media berita lokal bahwa perusahaan itu terutama berfokus pada lingkungan seperti Dupont Circle, Foggy Bottom, dan Penn Quarter.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Peran Penting Jaringan Kabel Laut Bantu Transformasi Digital RI

Next Article Taksi Online Beda Harga di HP Android-iPhone, Pemerintah Turun Tangan

Read Entire Article
Kepri Bersatu| | | |